Analisis Saham Independen |
Posted: 01 May 2014 01:30 AM PDT
Beberapa
waktu lalu penulis menerima email pertanyaan dari seorang teman, yang
isinya kurang lebih sebagai berikut: ‘Mas Teguh, di artikel tentang Toba
Bara Sejahtra (TOBA), disebutkan bahwa laba bersih TOBA untuk Kuartal I
2014 adalah US$ 7.7 juta. Tapi saya lihat di koran ditulis labanya US$
12.8 juta. Mana yang benar?’ Penulis katakan, dua-duanya benar. Lho kok
bisa? Well, penjelasannya sebagai berikut.
Secara
keseluruhan, TOBA mencatat laba bersih US$ 12.8 juta pada Kuartal I
2014, dimana dari laba tersebut US$ 7.7 juta diantaranya menjadi milik
pemegang saham perusahaan, atau disebut juga pemilik perusahaan/entitas
induk, dan selebihnya menjadi milik kepentingan non-pengendali, atau disebut juga kepentingan minoritas.
Ini artinya jika anda memegang 100% saham TOBA, maka laba yang anda
peroleh adalah US$ 7.7 juta, sementara selebihnya merupakan hak milik
dari pihak lain yang turut menyetor modal/aset ke perusahaan tanpa
menjadi pemegang saham perusahaan, dan juga tidak memegang kendali atas
operasional perusahaan (sehingga disebut kepentingan non pengendali).
Lebih
jelasnya, kepentingan non pengendali adalah bagian kepemilikan atas
anak perusahaan yang tidak dipegang oleh perusahaan induk, melainkan
dipegang oleh pihak lain. Contohnya, TOBA merupakan induk dari PT
Adimitra Baratama Nusantara, dimana TOBA memegang 51% saham Adimitra,
dan 49% sisanya dipegang oleh pihak lain. Karena TOBA merupakan pemegang
saham mayoritas Adimitra, maka Adimitra dianggap sebagai anak
perusahaan dimana aset-aset Adimitra dikonsolidasikan kedalam aset-aset
TOBA (aset-aset Adimitra dianggap sebagai bagian dari aset-aset TOBA),
termasuk 49% aset yang sebenarnya dipegang oleh pihak lain tadi. Nah,
pada laporan keuangan TOBA, 49% aset Adimitra yang dipegang oleh pihak
lain ini dianggap sebagai kepentingan non pengendali.
Perusahaan-perusahaan
besar di BEI yang memiliki banyak anak perusahaan biasanya memiliki
akun kepentingan non pengendali di laporan keuangannya, karena biasanya
saham/kepemilikan dari anak-anak perusahaan ini tidak mereka pegang
secara keseluruhan, melainkan sebagian dipegang oleh pihak lain. Ketika
Agung Podomoro Land (APLN) mendirikan Mall Senayan City (Sency),
perusahaan bekerja sama alias patungan dengan beberapa perusahaan lain,
namun APLN tetap menjadi pemegang saham mayoritas dari Sency tersebut
(51% atau lebih), sehingga seluruh aset Sency tetap dikonsolidasikan
kedalam aset perusahaan. Namun bagian kepemilikan atas Sency yang tidak
dipegang/dimiliki oleh APLN inilah, yang pada laporan keuangan APLN
dicatat sebagai kepentingan non pengendali.
Yang perlu digaris bawahi disini adalah, aset perusahaan yang merupakan kepentingan non pengendali ini bukan milik
pemegang saham. Pada Kuartal I 2014, APLN mencatat nilai ekuitas Rp7.4
trilyun, dimana Rp1.3 trilyun diantaranya merupakan kepentingan non
pengendali, sehingga bagian ekuitas yang dimiliki pemegang saham APLN
adalah Rp6.1 trilyun. Jadi ketika anda membeli sekian lot saham APLN,
misalnya, maka anda menjadi salah seorang pemilik dari aset bersih APLN
yang nilainya Rp6.1 trilyun tadi, dan bukannya Rp7.4 trilyun, karena
terdapat bagian aset APLN sebesar Rp1.3 trilyun yang bukan merupakan
milik perusahaan.
Penulis
sendiri baru sadar belakangan ini kalau faktor kepentingan non
pengendali ini sangat penting untuk diperhatikan, sebab bisa menyebabkan
misleading dalam menentukan valuasi saham. Contohnya, Astra International (ASII)
mencatat total ekuitas Rp113.1 trilyun pada Kuartal I 2014, sehingga
PBV-nya pada harga saham 7,425 adalah 2.7 kali, alias cukup murah untuk
ukuran saham blue chip. Namun jika kita hanya memperhitungan ekuitas
ASII yang bersih diluar kepentingan non pengendali, yang nilainya Rp88.9
trilyun, maka PBV-nya menjadi 3.4 kali, alias mahal. Secara akuntansi,
bisa jadi metode valuasi ASII yang hanya memperhitungkan ekuitas diluar
kepentingan non pengendali keliru, karena kepentingan non pengendali itu
jelas ditulis sebagai bagian dari ekuitas. However, untuk alasan
konservatif, maka penulis sendiri mulai saat ini hanya mengambil ekuitas
diluar kepentingan non pengendali, dalam menghitung PBV sebuah saham.
Itu
terkait ekuitas, yang secara langsung berhubungan dengan PBV suatu
saham. Sementara terkait laba perusahaan, keberadaan kepentingan non
pengendali juga penting untuk diperhatikan. Contohnya TOBA tadi, yang
pada Kuartal I 2014 mencatat laba US$ 12.8 juta (laba tahun berjalan,
bukan laba komprehensif), namun hanya US$ 7.7 juta yang menjadi milik
pemegang saham perusahaan, atau istilahnya ‘diatribusikan kepada pemilik
entitas induk’. Alhasil, EPS TOBA juga dihitung berdasarkan laba yang
US$ 7.7 juta ini, sehingga EPS-nya adalah US$ 0.004 per saham, dan annualized PER-nya pada harga saham 840 menjadi 4.8 kali.
Jika
anda perhatikan, pada laporan keuangan perusahaan manapun, EPS yang
ditampilkan memang sudah dihitung berdasarkan laba bersih yang menjadi
milik pemegang saham perusahaan, diluar kepentingan non pengendali. Jadi
angka PER yang anda peroleh ketika membagi harga sebuah saham dengan
EPS perusahaannya adalah sudah tepat. However, ketika menghitung PBV,
masih banyak analis/investor (termasuk penulis juga sih) yang turut
memasukkan ekuitas yang sebenarnya bukan milik pemegang saham, yakni
kepentingan non pengendali tadi, dan alhasil angka PBV yang diperoleh
bisa jadi lebih rendah dibanding yang seharusnya.
Okay,
penulis kira penulis sudah menyampaikan apa yang memang perlu
disampaikan. Kita ketemu lagi minggu depan, mungkin soal Koperasi
Cipaganti (banyak yang nanyain, mungkin karena artikel saya yang ini).
NB: Buletin
analisis IHSG & rekomendasi saham bulanan edisi Mei akan terbit
tanggal 2 Mei mendatang (bukan tanggal 1 seperti biasanya, karena akan
memasukkan rekap analisis dari laporan keuangan terbaru). Anda bisa memperolehnya disini.
|
Halo, saya Margaret Spencer, pemberi pinjaman uang pribadi, apakah Anda berada di utang? Anda perlu dorongan keuangan? Saya telah terdaftar dan disetujui. Aku memberikan pinjaman kepada reputasi dan tingkat individu tersedia di bawah 2%. Aku memberikan pinjaman kepada lokal dan internasional untuk semua orang di pinjaman kebutuhan, dan dapat membayar kembali pinjaman, di seluruh dunia. Aku memberikan pinjaman melalui rekening mentransfer atau cek bank juga mendukung. Tidak perlu banyak dokumen. Jika Anda ingin mendapatkan pinjaman dari reputasi kami.
BalasHapusAnda dapat menghubungi kami melalui email: magretspencerloancompany@gmail.com
Halo, saya Margaret Spencer, pemberi pinjaman uang pribadi, apakah Anda berada di utang? Anda perlu dorongan keuangan? Saya telah terdaftar dan disetujui. Aku memberikan pinjaman kepada reputasi dan tingkat individu tersedia di bawah 2%. Aku memberikan pinjaman kepada lokal dan internasional untuk semua orang di pinjaman kebutuhan, dan dapat membayar kembali pinjaman, di seluruh dunia. Aku memberikan pinjaman melalui rekening mentransfer atau cek bank juga mendukung. Tidak perlu banyak dokumen. Jika Anda ingin mendapatkan pinjaman dari reputasi kami.
BalasHapusAnda dapat menghubungi kami melalui email: magretspencerloancompany@gmail.com
Halo, saya Margaret Spencer, pemberi pinjaman uang pribadi, apakah Anda berada di utang? Anda perlu dorongan keuangan? Saya telah terdaftar dan disetujui. Aku memberikan pinjaman kepada reputasi dan tingkat individu tersedia di bawah 2%. Aku memberikan pinjaman kepada lokal dan internasional untuk semua orang di pinjaman kebutuhan, dan dapat membayar kembali pinjaman, di seluruh dunia. Aku memberikan pinjaman melalui rekening mentransfer atau cek bank juga mendukung. Tidak perlu banyak dokumen. Jika Anda ingin mendapatkan pinjaman dari reputasi kami.
BalasHapusAnda dapat menghubungi kami melalui email: magretspencerloancompany@gmail.com