Selasa, 10 Juni 2014

Resource Alam Indonesia

Analisis Saham Independen


Posted: 10 Jun 2014 12:40 AM PDT
Dalam beberapa kali kesempatan ngobrol santai dengan Bapak Lo Kheng Hong, beliau menyampaikan bahwa terdapat setidaknya dua saham di sektor batubara yang sangat menarik untuk investasi karena valuasinya yang rendah. Dua saham tersebut adalah Bumi Resources (BUMI), dan Resource Alam Indonesia (KKGI). Untuk BUMI, well, penulis pribadi punya pendapat yang sedikit berbeda. Namun untuk KKGI, saham ini memang menarik, dan itu bukan karena ‘romantisme masa lalu’ dimana KKGI ini sempat menghasilkan cuan besar ketika naik sampai 8,000-an di awal tahun 2012 lalu, melainkan karena valuasinya yang rendah, prospeknya yang cerah, dan perusahaannya sendiri juga tidak bermasalah. Anyway, kita langsung sajalah.

Ketika berdiri pada tahun 1981, KKGI aslinya merupakan perusahaan produsen lem kayu dengan lokasi pabrik di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Palembang, Sumatera Utara. Pada awal tahun 2000-an perusahaan melihat peluang di bisnis tambang batubara, dan pada tahun 2006 KKGI akhirnya resmi mengoperasikan tambang batubara pertamanya yang berlokasi di Kalimantan Timur, melalui anak usahanya yakni PT Insani Bara Perkasa (IBP). Setahun kemudian yakni pada tahun 2007, KKGI sukses mencatatkan produksi batubara perdana sebanyak 178 ribu ton.

Logo KKGI. 'RAIN' adalah kependekan dari Resource Alam Indonesia
Kemudian seiring dengan kegiatan produksi dan eksplorasi yang dilakukan secara terus menerus, volume produksi batubara KKGI terus meningkat hingga mencapai puncaknya yakni 4.2 juta ton pada tahun 2011, sementara jumlah cadangan batubara yang sudah berstatus terbukti tercatat 80 juta ton, alias masih sangat cukup untuk belasan tahun kedepan.

Namun pada tahun 2012 industri batubara mulai lesu seiring dengan penurunan harga jual batubara dari US$ 110 menjadi US$ 65 per ton, sehingga volume produksi KKGI juga ikut turun, termasuk juga pendapatan dan labanya. Dan kondisi itu terus berlanjut hingga tahun 2013. However, selama periode 2012 – 2013 tersebut perusahaan tetap menjalani kegiatan usaha dan ekspansi seperti biasa, seperti: 1. Membangun infrastuktur jalan raya dan pelabuhan untuk transportasi batubara, termasuk mendirikan 3 anak usaha yang bergerak di bidang infrastruktur tambang, 2. Melanjutkan eksplorasi, dan 3. Menambah portofolio tambang dengan mengakuisisi tambang-tambang batubara diluar tambang yang sudah ada.

Khusus untuk poin yang ketiga, pada tahun 2013 KKGI mengakuisisi PT Kaltim Mineral dan PT Loa Haur, dua-duanya merupakan perusahaan pemilik tambang batubara di Kalimantan Timur dan Tengah, sehingga KKGI kini memiliki tiga tambang batubara di tiga lokasi yang terpisah. Sejauh ini baik Kaltim Mineral maupun Loa Haur masih belum beroperasi karena masih menunggu kenaikan harga batubara, namun dua tambang tersebut sudah dieksplorasi dan memiliki cadangan total 40 juta ton, yang semestinya akan kembali meningkat di masa yang akan datang (ketika eksplorasinya dilanjutkan). Jika harga jual batubara pada tahun 2014 ini naik menjadi US$ 82 – 88 per ton seperti yang diharapkan oleh manajemen KKGI, maka tambang Loa Haur akan segera beroperasi dengan target produksi 1 – 1.5 juta ton untuk tahun 2014. Sebab berbeda dengan Kaltim Mineral yang masih harus mengurus beberapa perizinan untuk bisa mulai menggali batubara, Loa Haur sudah sepenuhnya siap berproduksi.

Jadi bisa dibilang bahwa kalau nanti harga batubara pada akhirnya pulih ke US$ 82 per ton saja (gak perlu balik lagi ke US$ 110 seperti tahun 2011 lalu), maka pendapatan serta laba KKGI akan meningkat signifikan tidak hanya karena meningkatnya margin laba, tetapi juga karena meningkatnya volume batubara yang dijual. Pihak perusahaan sendiri mentargetkan volume produksi 5.7 juta ton batubara untuk tahun 2014, dan itu hanya berasal dari tambang-tambang yang sudah beroperasi milik Insani Bara Perkasa (belum termasuk tambahan volume produksi dari tambang Loa Haur, jika tambang tersebut jadi beroperasi).

Nah, berdasarkan ulasan diatas kita bisa melihat bahwa KKGI ini menarik karena menawarkan lompatan pertumbuhan ketika nanti harga batubara pulih. Tapi kalau cuma itu sih, bukankah semua perusahaan batubara juga begitu? Yap, itu benar, namun berikut ini adalah beberapa hal lain yang membuat KKGI ini menarik:

  1. Manajemennya tipe konservatif dimana perusahaan tidak memiliki utang bank, obligasi, atau semacamnya, but still, mereka mampu untuk mengakuisisi tambang baru menggunakan keuntungan yang diperoleh dari operasional tambang yang sudah ada (Insani Bara Perkasa). Posisi neraca KKGI yang sangat sehat secara otomatis menjamin bahwa jika nanti harga batubara mulai pulih, maka laba bersih perusahaan akan secara otomatis melompat tanpa hambatan.
  2. Posisi aset perusahaan sangat bagus dengan jumlah dana kas yang sedikit (yang itu artinya KKGI selalu memberdayakan aset-asetnya, dan tidak membiarkan aset yang menganggur), posisi aset lancar dan aset tidak lancarnya cenderung berimbang, dan tidak ada aset yang tidak ada hubungannya dengan industri tambang.
  3. Bisnis perusahaan terkonsentrasi hanya di menggali batubara, kemudian jual. Dan dibanding industri-industri lain yang masih terkait seperti transportasi batubara, kontraktor, hingga pembangkit listrik, maka tambang batubara menawarkan margin laba yang terbesar bahkan meski sudah dikurangi royalti untuk pemerintah, yang terus naik setiap tahunnya.
  4. Tidak seperti beberapa perusahaan yang murni tambang batubara seperti Indo Tambangraya (ITMG), Harum Energy (HRUM), dan Bukit Asam (PTBA) yang jor-joran dalam membagikan dividen setiap tahunnya (yang itu berarti pihak manajemen sudah puas dengan bisnis batubara yang ada dan tidak mengincar pertumbuhan yang lebih lanjut bagi perusahaan), KKGI hanya membagikan dividen dalam jumlah yang wajar, yakni sekitar setengah dari laba bersih perusahaan setiap tahunnya, sementara selebihnya dipakai untuk mengembangkan perusahaan. Kalau anda perhatikan perusahaan-perusahaan besar dan bagus seperti ASII, BBRI, dan SMGR, mereka juga membagikan dividen dalam jumlah yang wajar (rata-rata separuh laba perusahaan), sehingga bisa dikatakan bahwa mereka menghargai investor dengan membayar sejumlah dividen, namun sekaligus tetap mengejar peluang pertumbuhan dengan menginvestasikan kembali laba bersih perusahaan.

Dan hal yang berbeda yang dilakukan oleh KKGI adalah, manajemen menyisihkan sebagian dana kas-nya untuk membeli kembali saham perusahaan di pasar (buy back), dan hal itu memang sudah dilakukan sehingga jumlah saham beredar KKGI telah berkurang dari 1 milyar menjadi 900 juta lembar, karena perusahaan telah mem-buy back 100 juta lembar saham KKGI dari pasar. Secara teknis, buy back saham yang dilakukan manajemen KKGI menyebabkan kenaikan persentase kepemilikan investor atas perusahaan. Simpelnya, jika anda memegang 1 juta lembar saham KKGI, maka sebelum dilakukan buy back, anda adalah pemegang 0.10% saham KKGI, karena jumlah saham KKGI yang beredar adalah 1 milyar lembar. Namun setelah buy back, maka jumlah saham anda tetap 1 juta lembar, namun persentase kepemilikan anda atas perusahaan meningkat menjadi 0.11%, karena jumlah saham KKGI yang beredar telah berkurang menjadi 900 juta lembar.

Kalau kita pakai contoh Warren Buffett, beliau sangat menyukai jika Coca Cola atau American Express melakukan buy back saham mereka sendiri, sebab itu akan membuat persentase kepemilikan Berkshire Hathaway atas dua perusahaan tersebut menjadi meningkat dengan sendirinya tanpa perlu Buffett keluar dana untuk membeli lagi saham mereka di pasar. Sementara meski posisi ekuitas Coca Cola akan sedikit turun (karena perusahaan keluar duit untuk membeli sahamnya kembali), namun itu nggak jadi soal karena pada akhirnya ekuitas Coca Cola akan meningkat kembali seiring dengan perolehan laba perusahaan.

Kemudian bagaimana dengan sahamnya?

Dari sisi kualitas fundamentalnya secara keseluruhan, KKGI salah satu perusahaan batubara terbaik di BEI, bersanding dengan PTBA, ITMG, dan HRUM, dan sekaligus yang paling kecil diantara keempatnya sehingga lebih menawarkan prospek pertumbuhan jangka panjang (dan itu pula sebabnya dividen KKGI nggak terlalu besar). Ketika sektor batubara mengalami masa jayanya pada penghujung tahun 2011, kinerja KKGI bahkan merupakan yang terbaik diantara semuanya hingga sahamnya pun sempat terus naik hingga berada di level yang amat sangat optimis, yakni 8,000-an. Ketika itu penulis masih ingat, PBV KKGI ini bahkan sempat menembus 10 kali.

Lalu bagaimana kalau di harga sekarang? Well, pada harga 1,570, PBV dan PER KKGI tercatat masing-masing 7.6 dan 1.8 kali, dan dividend yield-nya 6.4% (perusahaan membagikan dividen Rp100 per saham, tanggal cum-nya 26 Juni). Actually harga ini belum terlalu ideal mengingat prospek kinerja KKGI kedepannya masih bergantung pada perkembangan harga batubara, sementara pada Kuartal I 2014 kemarin pendapatan laba KKGI masih turun (jadi bisa saja dividen KKGI di tahun depan juga turun).

Tapi ketika dulu penulis sempat menunggu saham ini di 1,100-an (PBV dibawah 1.5 kali), ternyata nggak dikasih juga, yang kemungkinan itu karena: 1. Tindakan manajemen yang telah membeli saham KKGI dipasar otomatis membuat jumlah saham yang tersedia untuk dijual menjadi lebih sedikit karena manajemen tidak akan menjual kembali saham tersebut, dan alhasil permintaan (bid) akan saham KKGI lebih besar dari penawarannya (offer), sehingga harganya pun terjaga di level yang tidak terlalu rendah, dan 2. KKGI masih merupakan perusahaan yang menguntungkan dengan tingkat return on equity (ROE) KKGI yang besar, yakni 24% di Kuartal I 2014 (padahal labanya masih turun). Sementara pada tahun 2011, ROE KKGI bahkan tercatat 69%.

Yang juga perlu diperhatikan adalah, KKGI telah mengeluarkan kira-kira Rp150 milyar untuk membeli sahamnya di harga 1,500-an per saham. Make it simple, jika nanti harga saham KKGI sudah kembali pulih, dan KKGI bisa kembali melepas saham tersebut di harga yang lebih tinggi, katakanlah 2,500, maka ekuitas perusahaan akan bertambah sekitar Rp250 milyar bukan? Dan itu adalah angka penambahan yang besar karena posisi ekuitas KKGI pada saat ini hanya US$ 77 juta atau setara Rp891 milyar. However, manajemen KKGI belum menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka akan menjual kembali saham hasil buy back-nya. Termasuk ketika beberapa bulan lalu KKGI sempat naik sampai hampir saja balik lagi ke 3,000-an, saham hasil buy back tersebut masih di hold.

Kesimpulannya, kalau anda tertarik dengan saham ini maka coba untuk menunggunya di harga yang paling tidak lebih rendah dari harga buy back-nya, alias dibawah 1,500. Tapi jika mau hajar di harga sekarang maka ada baiknya menunggu pendapatan perusahaan tercatat naik kembali di Kuartal II nanti, atau jika nanti perusahaan mengumumkan bahwa tambang Loa Haur-nya mulai berproduksi. Target harganya? Konservatifnya sih 2,000 karena PER KKGI akan tercatat 9.7 kali di harga tersebut. Tapi jika nanti KKGI sukses mencatat kenaikan laba di Kuartal II mendatang, maka tentu targetnya bisa kita naikkan.

PT. Resource Alam Indonesia, Tbk
Rating Kinerja pada Kuartal I 2014: BBB
Rating saham pada 1,570: A

NB: Penulis menyelenggarakan training/seminar investasi saham dengan tema value investing, pada hari Sabtu tanggal 21 Juni 2014 di Jakarta. Keterangan selengkapnya baca disini.