Sabtu, 18 Januari 2014

Kaya dari Pasar Modal


Jumat, 30 November 2012 | 11:32
Superinvestor Lo Kheng Hong (kiri) memberikan kiat berinvestasi saham kepada para investor, disaksikan Musisi Piyu (tengah) dan dipandu moderator yang juga Pemimpin Redaksi Investor Daily Primus Dorimulu (kanan) saat Seminar Sesi II Investor Success Story pada Investor Summit 2012 di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (28/11). Kegiatan temu pelaku pasar modal yang diselenggarakan Bapepam-LK, BEI, KPEI, dan KSEI ini melibatkan 24 emiten, di antaranya menghadirkan investor yang sukses berinvestasi. Foto: Investor Daily/GAGARIN Superinvestor Lo Kheng Hong (kiri) memberikan kiat berinvestasi saham kepada para investor, disaksikan Musisi Piyu (tengah) dan dipandu moderator yang juga Pemimpin Redaksi Investor Daily Primus Dorimulu (kanan) saat Seminar Sesi II Investor Success Story pada Investor Summit 2012 di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (28/11). Kegiatan temu pelaku pasar modal yang diselenggarakan Bapepam-LK, BEI, KPEI, dan KSEI ini melibatkan 24 emiten, di antaranya menghadirkan investor yang sukses berinvestasi. Foto: Investor Daily/GAGARIN


Pada akhir 2002, kapitalisasi pasar di BEJ baru sebesar Rp 267,5 triliun. Tidak salah bila Lo Keng Hong, seorang superinvestor Indonesia, menyebutkan bahwa kekayaan terbesar ada di pasar modal. Karena itu, barang siapa yang ingin kaya, ia menganjurkan untuk berinvestasi di pasar modal. Sayangnya, kekayaan yang melimpah tersebut belum banyak dinikmati oleh penduduk negeri ini. Saat ini, kepemilikan saham investor domestic baru sekitar 40,6%, sedangkan 59,4% dimiliki asing.

Kita prihatin jumlah investor domestic tidak bertambah signifikan. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencatat, saat ini investor domestic hanya sekitar 0,2% dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia. Dibandingkan negara lain, keterlibatan investor domestik Indonesia tertinggal jauh. Di Hong Kong dan Singapura, misalnya, 30% penduduknya telah menjadi investor di pasar modal.

Kekuatan investor domestik sangatlah penting bagi pengembangan pasar modal ke depan. Selain pemerataan kekayaan, kehadiran investor domestik yang kuat bisa menjadi benteng saat terjadi pembalikan modal (sudden reversal).

Kita tentu tidak menginginkan investor asing mendikte pasar modal dan perekonomian negeri ini. Ke depan, kita berharap investor domestik bisa menjadi penopang utama pasar modal negeri ini. Untuk itu, para pemangku kepentingan harus meyakinkan kepada masyarakat bahwa investasi di pasar modal sangatlah menguntungkan.

Kita harus bisa mengubah paradigma yang terlanjur berkembang bahwa investasi di bursa saham sangat berisiko. Masyarakat Indonesia bisa belajar dari pengalamanan Lo Keng Hong yang sukses mendulang kekayaan dari pasar modal. Mantan pegawai tata usaha sebuah bank itu telah merasakan betapa pasar modal benar-benar membalik kehidupannya 180 derajat.

Saat ini, Keng Hong mengelola sekitar 30 jenis saham. Selama 13 tahun, nilai sahamnya rata-rata meningkat lebih dari 1.500 kali. Alhasil, pasar modal telah mengubah kehidupan Keng Hong dari pegawai kecil menjadi orang yang banyak uang. Tak salah pula kalau orang menyebut Keng Hong sebagai Warren Buffett Indonesia.

Kisah sukses Keng Hong tentu bukan tanpa syarat. Untuk sukses mendulang uang di pasar modal, kita harus benar-benar siap menjadi investor sejati dan menjauhi perilaku spekulasi. Sebelum membeli saham, Keng Hong mencermati fundamental emiten, mulai dari laporan keuangan, kemampuan mencetak laba, hingga prospek usaha ke depan. Kredibilitas dan integritas manajemen juga menjadi bahan pertimbangan. Sebab, baik atau buruknya kinerja perusahaan banyak bergantung kepada kredibilitas manajemen.

Dengan memahami aspek fundamental emiten, Keng Hong benar-benar memilih saham pilihan. Ia konsisten membeli saham yang memang dipahami. Ia tidak pernah mau membeli ‘kucing dalam karung’. Untuk bisa sukses, investor juga harus bisa hidup hemat, sabar, dan disiplin dalam berinvestasi.

Filosofi investasi ini sangat penting mengingat fluktuasi harga saham seringkali sangat ekstrem. Kesabaran dan ketekunan itulah yang menjadi kunci sukses Lo Keng Hong memupuk asetnya hingga bernilai Rp 2,5 triliun. Selain pendekatan fundamental ala Warren Buffett, investor bisa masuk ke pasar modal dengan mengedepankan aspek teknikal. Gaya teknikal ini sangat cocok bagi investor yang bermental trader.

Bagaimanapun, kehadiran trader sangat penting untuk menghidupkan bursa saham. Untuk menjadi trader sukses, investor harus disiplin menjalankan target keuntungan. Investor tidak boleh rakus mengejar keuntungan. Sebab, kerakusan akan menjadi sumber malapetaka.

Sekali lagi, disiplin adalah kunci sukses para trader. Guna meningkatkan jumlah investor domestik, otoritas bursa harus terus menerus melakukan sosialisasi dan edukasi. Kita membutuhkan media informasi pasar modal yang mudah diakses publik. Otoritas bursa perlu memperbanyak pusat informasi pasar modal di luar Jakarta dan pojok-pojok bursa di kampus-kampus. Langkah ini sangat penting mengingat penghuni kampus merupakan masa depan investor negeri ini.

Untuk menarik minat masyarakat berinvestasi di pasar modal, Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa. Saat ini, Bursa Efek Indonesia baru menampung 454 emiten, jauh di bawah Malaysia yang memiliki sekitar 924 emiten dan India yang punya lebih dari 2.000 emiten. Dengan jumlah emiten yang banyak, investor memiliki beragam pilihan.

Kita berharap para investor tidak kapok untuk berinvestasi di pasar modal. Kegagalan hendaknya menjadi pemicu untuk belajar lebih giat demi mendulang untung. (*)