Anda
sebagai investor mungkin tidak bisa berinvestasi di JSMR ini jika hanya
karena tertarik dengan prospek dari pembangunan ruas-ruas jalan tol baru
milik perusahaan. Meski demikian, JSMR tetap menarik karena beberapa
poin berikut:
- Membangun jalan tol memang sulit, namun setelah jalan tol tersebut jadi, maka kesananya JSMR tinggal panen pendapatan untuk jangka waktu yang amat lama. Dalam hal ini meski kita ambil kemungkinan terburuk bahwa proyek-proyek pembangunan jalan tol yang dikerjakan perusahaan ternyata gagal total, namun JSMR akan tetap terus menikmati pendapatan dari jalan-jalan tol yang sudah ada.
- Tarif jalan tol senantiasa naik dari waktu ke waktu, tanpa perusahaan perlu khawatir bahwa akan terjadi penurunan jumlah pengguna jalan tol. Dan hal ini otomatis menjamin bahwa pendapatan JSMR akan senantiasa naik dari tahun ke tahun, dengan tingkat kenaikan yang paling tidak lebih tinggi dari inflasi. Boleh dibilang JSMR bermain di sektor yang kebal terhadap krisis ekonomi, dan kinerja keuangannya sendiri dalam lima tahun terakhir memang menunjukkan hal tersebut.
- JSMR dikelola oleh tim manajemen yang kompeten dan bisa dipercaya. Pada akhir tahun 2012, perusahaan memperoleh skor 94.6 untuk GCG-nya, alias sangat baik. Dan kalau penulis pelajari cara penyusunan laporan keuangan perusahaan, JSMR ini juga sangat mirip dengan Astra International (ASII) dan juga Unilever (UNVR), dimana laporan keuangannya sederhana dan ‘bersih’.
- Nggak seperti BUMN-BUMN lain yang nyasar kesana kemari, JSMR sepenuhnya fokus hanya pada usaha jalan tol saja, dan itu tentu bagus.
- Untuk membiayai pembangunan jalan tol, sejak tahun 1983 JSMR secara rutin menerbitkan obligasi, dan sampai sekarang nggak pernah telat dibayar apalagi default. Obligasi itu sendiri mendapat peringkat AA dari Pefindo, alias sangat baik.
Seperti
beberapa BUMN-BUMN lain seperti PLN, Pertamina, hingga Krakatau Steel,
JSMR sebenarnya bermain di industri strategis, dimana kebutuhan
masyarakat akan jalan tol tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika dimasa
mendatang Pemerintah sukses membangun hingga 1,000 kilometer jalan tol
sekalipun, maka jalan-jalan tol tersebut tetap akan dipenuhi oleh ribuan
mobil setiap harinya. Dan untungnya JSMR memang kompeten dalam
bidangnya tersebut. Kalau yang bisa penulis lihat sendiri, setiap kali
ada ruas jalan tol yang rusak karena tanah longsor atau semacamnya, maka
JSMR selalu bergerak cepat untuk memperbaikinya. Kualitas jalan tol di
Indonesia juga sangat bagus, paling tidak jika dibandingkan dengan jalan
raya biasa yang selalu berlubang setelah kebanjiran ketika tiba musim
hujan, dan lagi-lagi orang PU sangat lambat dalam memperbaikinya.
Lalu bagaimana dengan sahamnya?
Pada
Kuartal III 2013, laba bersih JSMR turun 16.2% dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya, namun itu karena pada sebelumnya tersebut
perusahaan memperoleh pendapatan non operasional dari penjualan salah
satu ruas jalan tolnya ke Citra Marga Nusaphala (CMNP), jadi bukan
karena laba JSMR benar-benar turun. Dari sisi pendapatan, kinerja JSMR
masih naik 31.2%, dan kenaikan ini seharusnya bisa dipertahankan
mengingat mulai tahun 2014 mendatang, perusahaan bisa dipastikan akan
menerima tambahan pendapatan dari Jalan Tol Tanjung Benoa.
Terkait
kualitas fundamentalnya, terdapat setidaknya dua hal yang menyebabkan
JSMR ini boleh dikatakan istimewa. Pertama, kinerja perusahaan hampir
bisa dipastikan akan bertumbuh terus secara stabil, atau bahkan labanya
akan melompat dalam dua tiga tahun kedepan, jika ruas-ruas jalan tol
yang saat ini tengah dibangun pada akhirnya sukses beroperasi (dan dalam
lima tahun terakhir, panjang ruas jalan tol yang dikelola JSMR juga
memang terus bertambah bukan?). Dan kedua, perusahaan juga memiliki nama
besar (brand equity), dimana jika anda tinggal di kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, hingga Medan, maka anda
akan rutin menggunakan jalan tol, sehingga anda tidak mungkin tidak tahu
nama perusahaan yang satu ini.
Karena
itulah, JSMR kemudian menjadi salah satu saham blue chip di bursa yang
dihargai premium oleh investor, dimana JSMR senantiasa mencatatkan PER
antara 15 – 20 kali (sebagai perusahaan mapan, valuasi JSMR bisa dilihat
dari PER-nya). Penulis tidak ingat kalau saham ini pernah mencatatkan
PER dibawah 15 kali, bahkan meski dulu (3 tahun yang lalu) sahamnya
masih berada di level 3,000-an.
Sayangnya
pada harga 5,000, PER JSMR ternyata masih cukup tinggi, yakni 24.9
kali. Penulis sebenarnya membahas saham ini karena tertarik dengan fakta
bahwa JSMR sudah turun jauh dari puncaknya yakni 6,900, tapi bahkan
pada harganya saat ini JSMR masih belum bisa dikatakan murah. Jika
dibandingkan dengan beberapa blue chip kelas satu lainnya seperti ASII,
BBRI, hingga PGAS, mereka semua mencatatkan PER kurang dari 15 kali,
padahal kualitas kinerjanya relatif lebih baik. Jika pada tahun 2014
nanti laba JSMR melompat karena adanya tambahan pendapatan dari tol
Tanjung Benoa, maka mungkin barulah harga JSMR pada saat ini boleh
dibilang wajar, namun itu juga cuma asumsi bukan? Jadi kalau penulis
sendiri lebih suka menunggu saham ini turun lebih rendah lagi, let say
ke 4,000 – 4,300, kemudian baru masuk. Jika tidak maka yaa, masih banyak
saham lain yang lebih menarik, baik dari sisi kualitas fundamental
maupun valuasinya.
Tapi
jika anda sukses masuk di harga 4,000-an tersebut, maka selanjutnya
anda bisa duduk santai untuk waktu yang sangat lama. Plus, anda mungkin
akan menjadi satu-satunya orang yang tersenyum lebar ketika nanti Jasa
Marga mengumumkan bahwa tarif tol naik lagi, ketika orang lain justru
marah-marah.
PT Jasa Marga (Persero), Tbk
Rating Kinerja pada Q3 2013: A
Rating saham pada 5,000: BBB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar