Senin, 10 Februari 2014

Jasa Marga

Anda sebagai investor mungkin tidak bisa berinvestasi di JSMR ini jika hanya karena tertarik dengan prospek dari pembangunan ruas-ruas jalan tol baru milik perusahaan. Meski demikian, JSMR tetap menarik karena beberapa poin berikut:

  1. Membangun jalan tol memang sulit, namun setelah jalan tol tersebut jadi, maka kesananya JSMR tinggal panen pendapatan untuk jangka waktu yang amat lama. Dalam hal ini meski kita ambil kemungkinan terburuk bahwa proyek-proyek pembangunan jalan tol yang dikerjakan perusahaan ternyata gagal total, namun JSMR akan tetap terus menikmati pendapatan dari jalan-jalan tol yang sudah ada.
  2. Tarif jalan tol senantiasa naik dari waktu ke waktu, tanpa perusahaan perlu khawatir bahwa akan terjadi penurunan jumlah pengguna jalan tol. Dan hal ini otomatis menjamin bahwa pendapatan JSMR akan senantiasa naik dari tahun ke tahun, dengan tingkat kenaikan yang paling tidak lebih tinggi dari inflasi. Boleh dibilang JSMR bermain di sektor yang kebal terhadap krisis ekonomi, dan kinerja keuangannya sendiri dalam lima tahun terakhir memang menunjukkan hal tersebut.
  3. JSMR dikelola oleh tim manajemen yang kompeten dan bisa dipercaya. Pada akhir tahun 2012, perusahaan memperoleh skor 94.6 untuk GCG-nya, alias sangat baik. Dan kalau penulis pelajari cara penyusunan laporan keuangan perusahaan, JSMR ini juga sangat mirip dengan Astra International (ASII) dan juga Unilever (UNVR), dimana laporan keuangannya sederhana dan ‘bersih’.
  4. Nggak seperti BUMN-BUMN lain yang nyasar kesana kemari, JSMR sepenuhnya fokus hanya pada usaha jalan tol saja, dan itu tentu bagus.
  5. Untuk membiayai pembangunan jalan tol, sejak tahun 1983 JSMR secara rutin menerbitkan obligasi, dan sampai sekarang nggak pernah telat dibayar apalagi default. Obligasi itu sendiri mendapat peringkat AA dari Pefindo, alias sangat baik.

Seperti beberapa BUMN-BUMN lain seperti PLN, Pertamina, hingga Krakatau Steel, JSMR sebenarnya bermain di industri strategis, dimana kebutuhan masyarakat akan jalan tol tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika dimasa mendatang Pemerintah sukses membangun hingga 1,000 kilometer jalan tol sekalipun, maka jalan-jalan tol tersebut tetap akan dipenuhi oleh ribuan mobil setiap harinya. Dan untungnya JSMR memang kompeten dalam bidangnya tersebut. Kalau yang bisa penulis lihat sendiri, setiap kali ada ruas jalan tol yang rusak karena tanah longsor atau semacamnya, maka JSMR selalu bergerak cepat untuk memperbaikinya. Kualitas jalan tol di Indonesia juga sangat bagus, paling tidak jika dibandingkan dengan jalan raya biasa yang selalu berlubang setelah kebanjiran ketika tiba musim hujan, dan lagi-lagi orang PU sangat lambat dalam memperbaikinya.

Lalu bagaimana dengan sahamnya?

Pada Kuartal III 2013, laba bersih JSMR turun 16.2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, namun itu karena pada sebelumnya tersebut perusahaan memperoleh pendapatan non operasional dari penjualan salah satu ruas jalan tolnya ke Citra Marga Nusaphala (CMNP), jadi bukan karena laba JSMR benar-benar turun. Dari sisi pendapatan, kinerja JSMR masih naik 31.2%, dan kenaikan ini seharusnya bisa dipertahankan mengingat mulai tahun 2014 mendatang, perusahaan bisa dipastikan akan menerima tambahan pendapatan dari Jalan Tol Tanjung Benoa.

Terkait kualitas fundamentalnya, terdapat setidaknya dua hal yang menyebabkan JSMR ini boleh dikatakan istimewa. Pertama, kinerja perusahaan hampir bisa dipastikan akan bertumbuh terus secara stabil, atau bahkan labanya akan melompat dalam dua tiga tahun kedepan, jika ruas-ruas jalan tol yang saat ini tengah dibangun pada akhirnya sukses beroperasi (dan dalam lima tahun terakhir, panjang ruas jalan tol yang dikelola JSMR juga memang terus bertambah bukan?). Dan kedua, perusahaan juga memiliki nama besar (brand equity), dimana jika anda tinggal di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, hingga Medan, maka anda akan rutin menggunakan jalan tol, sehingga anda tidak mungkin tidak tahu nama perusahaan yang satu ini.

Karena itulah, JSMR kemudian menjadi salah satu saham blue chip di bursa yang dihargai premium oleh investor, dimana JSMR senantiasa mencatatkan PER antara 15 – 20 kali (sebagai perusahaan mapan, valuasi JSMR bisa dilihat dari PER-nya). Penulis tidak ingat kalau saham ini pernah mencatatkan PER dibawah 15 kali, bahkan meski dulu (3 tahun yang lalu) sahamnya masih berada di level 3,000-an.

Sayangnya pada harga 5,000, PER JSMR ternyata masih cukup tinggi, yakni 24.9 kali. Penulis sebenarnya membahas saham ini karena tertarik dengan fakta bahwa JSMR sudah turun jauh dari puncaknya yakni 6,900, tapi bahkan pada harganya saat ini JSMR masih belum bisa dikatakan murah. Jika dibandingkan dengan beberapa blue chip kelas satu lainnya seperti ASII, BBRI, hingga PGAS, mereka semua mencatatkan PER kurang dari 15 kali, padahal kualitas kinerjanya relatif lebih baik. Jika pada tahun 2014 nanti laba JSMR melompat karena adanya tambahan pendapatan dari tol Tanjung Benoa, maka mungkin barulah harga JSMR pada saat ini boleh dibilang wajar, namun itu juga cuma asumsi bukan? Jadi kalau penulis sendiri lebih suka menunggu saham ini turun lebih rendah lagi, let say ke 4,000 – 4,300, kemudian baru masuk. Jika tidak maka yaa, masih banyak saham lain yang lebih menarik, baik dari sisi kualitas fundamental maupun valuasinya.

Tapi jika anda sukses masuk di harga 4,000-an tersebut, maka selanjutnya anda bisa duduk santai untuk waktu yang sangat lama. Plus, anda mungkin akan menjadi satu-satunya orang yang tersenyum lebar ketika nanti Jasa Marga mengumumkan bahwa tarif tol naik lagi, ketika orang lain justru marah-marah.

PT Jasa Marga (Persero), Tbk
Rating Kinerja pada Q3 2013: A
Rating saham pada 5,000: BBB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar