Rabu, 16 Juli 2014

Ebook Analisis Kuartal II 2014

Analisis Saham Independen


Posted: 15 Jul 2014 07:16 PM PDT
Dear investor, seperti biasa setiap kuartal sekali, penulis membuat buku elektronik (ebook, dengan format PDF) yang berisi kumpulan analisis (“Ebook Kuartalan”), yang kali ini didasarkan pada laporan keuangan (LK) para emiten periode Kuartal II 2014 (Q2 2014). Ebook ini diharapkan akan menjadi panduan bagi anda untuk memilih saham yang bagus untuk trading, investasi jangka menengah, dan panjang.

Seperti ebook edisi sebelumnya, penulis akan bekerja sama dengan tim kecil untuk melakukan screening/pemilihan saham untuk dimasukkan kedalam ebooknya. Berikut adalah standar kriteria yang kami terapkan untuk memilih saham-saham yang akan dibahas di ebook ini.

  1. Sahamnya likuid. Kalaupun tidak terlalu likuid, maka paling tidak jangan sampai tidak likuid sama sekali
  2. Memiliki fundamental yang bagus, perusahaannya dikelola oleh manajemen yang bisa dipercaya
  3. Kalau bisa mencatat kenaikan laba atau ekuitas yang signifikan, serta miliki kinerja konsisten di masa lalu, dan
  4. Harganya wajar, atau paling tidak belum terlalu mahal (sudah termasuk mempertimbangkan posisi IHSG). 
Ebook ini akan berisi analisis terhadap 30 buah saham pilihan, dan akan terbit pada hari Senin, tanggal 11 Agustus 2014. Anda bisa memperoleh ebook-nya dengan cara preorder disini.

Berikut screening ebooknya (salah satu edisi sebelumnya, klik untuk memperbesar).

Pekerjaan rutin seorang investor adalah mempelajari kondisi pasar, melakukan screening saham, menganalisis saham/perusahaan yang lolos screening tersebut secara mendetail termasuk mempelajari prospeknya, kemudian mengambil kesimpulan saham-saham mana saja yang layak beli, dan sebaiknya beli di harga berapa. Dengan berlangganan ebook ini maka itu seperti anda menyerahkan semua pekerjaan tersebut kepada TH & Partners, sehingga anda kemudian tinggal membaca hasilnya saja. Dan sudah tentu, anda sama sekali tidak perlu membayar mahal untuk itu.

Ebook ini terbit pertama kali pada September 2010, dan edisi kali ini merupakan edisi keenam belas. Bagi anda yang belum pernah berlangganan ebook ini sebelumnya, atau baru pertama kali mengunjungi teguhhidayat.com, boleh baca contoh-contoh analisis yang sudah pernah disajikan secara terbuka di website ini:

  1. Resource Alam Indonesia (KKGI)
  2. Indofood Sukses Makmur (INDF)
  3. Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS)
  4. Adira Dinamika Multifinance (ADMF)
  5. Jasa Marga (JSMR)
  6. Astra International (ASII), dan seterusnya.
Sekali lagi, untuk keterangan lebih lanjut baca disini. Jika ada yang hendak ditanyakan bisa menghubungi Ms. Nury melalui Telp/SMS 081220445202 atau Pin BB 2850E045.
Posted: 16 Jul 2014 02:28 AM PDT
Apa yang terlintas di kepala anda ketika mendengar kata ‘Chitose’? Kalau penulis sih, saya langsung teringat dengan kursi-kursi lipat yang suka ada di acara-acara kondangan. Dan Chitose International (CINT) adalah memang merupakan perusahaan produsen kursi lipat (folding chair) paling terkemuka di Indonesia. Namun pada saat ini CINT tidak hanya membuat kursi lipat saja, melainkan membuat berbagai produk furniture umum untuk dijual ke perusahaan event organizer (untuk mereka sewakan ke acara pernikahan dll), gedung-gedung kantor, residensial, hotel, restoran, sekolah, hingga rumah sakit. Untuk kedepannya perusahaan masih memiliki sejumlah rencana pengembangan usaha, dimana kebutuhan dananya diperoleh dari IPO-nya pada bulan Juni 2014 kemarin.

Sejarah perusahaan dimulai pada tahun 1980, dimana Chitose Manufacturing Japan, sebuah perusahaan kursi lipat asal Jepang, membuka pabrik pertamanya di Indonesia (tepatnya di Cimahi) dibawah bendera PT Chitose Indonesia. Dua puluh tahun kemudian yakni pada tahun 2000, terjadi perubahan kepemilikan perusahaan dimana PT Chitose Indonesia diakuisisi oleh PT Tritirta Inti Mandiri, sebuah perusahaan lokal yang juga merupakan pemilik dari PT Trisula International (TRIS, perusahaan garment asal Bandung), sehingga Chitose berubah status dari perusahaan Jepang menjadi perusahaan lokal, namun nama Chitose tetap dipertahankan sebagai nama perusahaan. Pada tahun-tahun berikutnya, perusahaan terus menjalin hubungan kerja dengan perusahaan-perusahaan Jepang untuk membuat kursi dan meja lipat serta untuk mengekspor produk-produk furniture ke Jepang.

Pada tahun 2012, Chitose mengakuisisi lima perusahaan distributor yang tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Denpasar, sehingga perusahaan kini memiliki unit distributor sendiri (sebelumnya Chitose selalu mendistribusikan produk-produknya melalui pihak ketiga). Pada tahun 2013, PT Chitose Indonesia berubah nama menjadi PT Chitose International, dan sukses go public setahun kemudian dengan CINT sebagai kode sahamnya.

Ada beberapa hal yang membuat CINT sangat bisa dipertimbangkan untuk investasi. Pertama, CINT merupakan pemimpin pasar di seluruh jenis produk furniture-nya tanpa terkecuali, selain karena merk ‘Chitose’ merupakan merk kursi lipat paling populer di Indonesia. Berdasarkan data dari lembaga riset Markplus, per tahun 2014, CINT memegang pangsa pasar antara 24 – 38% (terbesar diantara semua kompetitornya) untuk produk-produk kursi dan meja, baik yang bisa dilipat maupun tidak, yang biasa digunakan oleh hotel, restoran, foodcourt, kantor, dan sekolah.

Kedua, CINT mencatatkan track record pertumbuhan yang meyakinkan dalam tiga belas tahun terakhir. Pada tahun 2001, atau setahun ketika manajemen yang baru mengambil alih perusahaan, CINT hanya memproduksi 13 varian kursi dan meja. Tapi sekarang? CINT sudah memiliki lebih dari 300 varian produk! Dan kesemuanya sukses menjadi pemimpin di pasarnya masing-masing. Kesuksesan ini terutama karena perusahaan mampu menjalin hubungan baik dengan perusahaan-perusahaan Jepang dalam hal transfer teknologi (untuk pembuatan kursi) dan juga memiliki pelanggan tetap di Jepang sana. CINT juga sukses dalam hal memasarkan produk-produknya hingga ke pelosok nusantara, dimana pada saat ini perusahaan memiliki kantor-kantor pemasaran yang tersebar di 22 kota besar di Indonesia, dari Medan sampai Jayapura. Jika itu belum cukup, maka sejak beberapa tahun terakhir CINT juga memasarkan produk-produknya secara online, dalam hal ini dengan bekerja sama dengan salah satu toko online termuka di Indonesia, Rakuten (www.rakuten.co.id).

Nah, kalau dibandingkan dengan perusahaan furniture yang satunya lagi, yakni Gema Grahasarana (GEMA), maka CINT memiliki keunggulan dalam hal produk-produknya bisa dibeli secara online. Sementara kalau anda mau beli furniture merk Vivere (merk furniture milik GEMA), maka anda harus datang ke gerai-nya. Harga dari furniture yang dijual CINT juga lebih murah, sehingga pangsa pasarnya otomatis lebih luas dan perputaran barangnya lebih cepat. Pada tahun 2013, CINT mencatatkan inventory turnover sebesar 7.2 kali, yang itu artinya perusahaan bisa memutar persediaan produknya hingga lebih dari tujuh kali dalam setahun. Dan untuk ukuran perusahaan manufaktur, jujur saja, itu adalah angka turnover yang sangat baik.

Dan yang ketiga, jika selama ini perusahaan hanya mengandalkan pabrik satu-satunya yang berlokasi di Cimahi, maka kedepannya perusahaan akan mendirikan satu lagi pabrik baru (masih di Cimahi) untuk menambah kapasitas produksi, dimana kebutuhan dananya diperoleh dari IPO-nya kemarin. Dari IPO-nya tersebut, CINT memperoleh dana sekitar Rp99 milyar, dimana itu sudah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan pendirian pabrik baru, mulai dari membeli lahan, konstruksi pabrik serta gudang, pembelian mesin-mesin dan alat-alat berat, dan modal kerja.

Yang menarik disini adalah, jika anda perhatikan, Rp99 milyar bukanlah dana yang terlalu besar untuk ukuran perusahaan yang terdaftar di bursa saham Indonesia. Jadi penulis pribadi cukup terkesan bahwa ‘hanya’ dengan dana segitu perusahaan bisa mendirikan pabrik baru (jadi gak perlu ngutang, sehingga neraca perusahaan praktis menjadi sehat), dan bahkan masih ada sisanya untuk mendirikan ruang-ruang pamer (showroom) dengan konsep flagship shop (toko khusus Chitose, dengan plang nama Chitose yang buessaaaar dan kelihatan dari pinggir jalan) di kantor-kantor pemasaran milik perusahaan di Jabodetabek dan Jawa Timur. Flagship shop ini tentunya diharapkan akan semakin meningkatkan volume penjualan dari produk-produk yang dibuat perusahaan.

Sudah tentu, pabrik baru serta flagship shop tadi baru akan beroperasi nanti, dalam hal ini tahun 2016, karena proses pembangunannya membutuhkan waktu. Namun tanpa mengharapkan pabrik baru tersebut sekalipun, track record pertumbuhan kinerja CINT dalam lima tahun terakhir cukup mengesankan. Berikut datanya, angka dalam milyaran Rupiah. Perhatikan nilai pendapatan CINT yang setiap tahunnya selalu jauh lebih besar dibanding nilai ekuitas perusahaan:

Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Ekuitas
40
45
58
71
185
Pendapatan
210
224
239
254
288
Laba Bersih
13
18
20
23
42

Yang perlu dicatat disini adalah, laba CINT senantiasa meningkat dalam lima tahun terakhir ketika volume produksi kursi dan mejanya sama sekali tidak bertambah. Pada tahun 2008, CINT memproduksi 1.22 juta unit furniture berbagai jenis. Dan lima tahun kemudian yakni pada tahun 2013, volume produksi tersebut malah turun sedikit menjadi 1.18 juta unit. Hal ini karena satu-satunya pabrik milik perusahaan hanya memiliki kapasitas produksi maksimal 1.3 juta unit per tahun.

Jadi menarik untuk melihat nanti ketika CINT memperoleh tambahan kapasitas produksi dari pabriknya yang baru, dimana jika ketika itu pasar furniture masih bagus seperti saat ini, maka pendapatan serta laba perusahaan seharusnya akan melonjak signifikan. Margin laba perusahaan juga menjadi lebih baik sejak tahun 2012, setelah CINT memiliki distributornya sendiri.

Okay, lalu bagaimana dengan sahamnya?

Pasca IPO, nilai ekuitas CINT akan menjadi kurang lebih Rp280 milyar. Dengan market cap Rp348 milyar pada harga Rp348 per lembar saham (jumlah saham beredar perusahaan adalah persis 1 milyar lembar) maka CINT mencatat PBV-nya adalah 1.2 kali. Actually, ini harga yang sangat murah untuk perusahaan yang punya nama besar, memiliki perputaran bisnis yang cepat (jadi gampang jualannya), dan memiliki rasio keuntungan yang sangat besar (rata-rata ROE-nya diatas 25%). Penulis tidak tahu kenapa kok CINT ini nggak terbang dan hanya naik sedikit setelah dia IPO-nya, tapi yang jelas ini menjadi kesempatan bagi kita sebagai bargain hunter.

Satu-satunya risiko yang mungkin anda tanggung kalau anda invest di CINT ini adalah ketergantungan perusahaan terhadap baja jenis stainless steel untuk bahan baku pembuatan kursi dan meja. Dan harus diakui, perusahaan mencatatkan peningkatan keuntungan yang signifikan dalam dua tahun terakhir karena harga baja itu sendiri sedang turun. Selain itu kalau anda perhatikan saham GEMA sebagai sesama perusahaan furniture, maka GEMA juga relatif murah tapi toh nggak naik-naik juga, selain sahamnya sendiri tidak likuid (CINT juga kemungkinan tidak akan likuid).

However, undervalue is undervalue. Seperti halnya GEMA yang, meski belum naik, tapi juga sulit untuk turun karena sudah murah, maka demikian pula halnya dengan CINT. Dan jika laporan keuangan terbaru CINT nanti masih mencatatkan kinerja yang sama baiknya seperti periode sebelumnya, maka sahamnya pun tidak akan butuh waktu lama untuk take off. We’ll see.

PT Chitose International, Tbk
Rating Kinerja pada 2013: AAA
Rating Saham pada 348: A

NB: Anda bisa men-download prospektus lengkap CINT disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar