Senin, 25 Januari 2016

Don Yacktman Keynote: Viewing Stocks as Bonds









Legendary value investor Donald Yacktman will speak as the keynote speaker at 2016 GuruFocus Value Conference in Omaha. The title of his talk will be “Viewing Stocks as Bonds”. Register Now and Save $100
YacktmanYacktman
Don Yacktman is one of the few investors that outperformed S&P 500 index in both up and down markets during the previous bull market and crashes. Don't miss the opportunity of listening to one of the best value investors of our times, especially during this turbulent market.
These are the details of the conference:
Dinner: Thursday, April 28, 2016, 6pm. There will be a speaker at the dinner
Presentations: Friday, April 29, 2016, 8am - 6pm, the day before 2016 Berkshire Hathaway annual meeting
Location: DoubleTree by Hilton Hotel Omaha Downtown

Register Now and Save $100



Kopipagi 26 Januari 2016: Sritex ekspansi bangun pakbrik rayon


Indeks Dow Jones ditutup di level 15,885.22 melemah 208.29 poin (-1.29%) 

IHSG ditutup di level 4,505.79 menguat 49.04 poin (+1.10%), waspadai koreksi jangka pendek untuk hari ini.

ASII range 6000-6500. AISA spekulatif 1000-1200. SAME waspadai profit taking jangka pendek sekitar 2800.

BDMN 3350-3700. BMRI waspadai profit taking di area 9650

CPIN dekat target 3400 waspadai profit taking jangka pendek. JPFA waspadai profit taking jangka pendek,target 800.

GIAA adalah salah satu perusahaan yang diuntungkan karena murahnya minyak. Range 325-360.

SRIL 280-345 waspadai volatilitas. Sritex ekspansi bangun pakbrik rayon. Yang nyangkut manfaatkan momen rebound untuk keluar.

Beberapa saham yang masuk LQ 45 : HMSP, ANTM, MYRX. Yang keluar : ITMG, EXCL, WTON.

Sukses adalah masa dimana kita gagal dan gagal tanpa kehilangan semangat berjuang sampai akirnya berhasil.


Semoga #kopipagi 26 Januari 2016 mencerahkan. Salam profit ! on.fb.me/ellen_may , twitter @pakarsaham

quot;Smart Trader Rich Investor : The Baby Steps" panduan lengkap belajar saham. Info bit.ly/ordertbs 

Follow twitter : www.twitter.com/pakarsaham
Info training : seminar.ellen@gmail.com
Info buku : orderstng@gmail.com
Website : www.ellen-may.com
Fb : on.fb.me/ellen_may , on.fb.me/ellenmay

LEARN AND PRACTICE, MIRACLE HAPPEN !!

Minggu, 24 Januari 2016

Kopipagi 25 Januari 2016: Be greedy when others are fear, and be fear when others are greedy. Warren Buffett


Setelah sempat terkoreksi hingga di bawah US$ 29, WTI Crude Oil mengalami rebound hingga US$ 32.19.

Bursa Amerika menguat juga didorong oleh optimisme investor atas rencana bank sentral Eropa dan Jepang untuk mendorong perekonomian.

Pekan ini bursa saham AS menanti rilis beberapa laporan keuangan seperti Mc Donald Corp, Apple, Facebook, dan Boeing.

Indeks Dow Jones ditutup di level 16,093.51 menguat 210.83 poin (+1.33%).

IHSG ditutup di level 4,456.74 menguat 42.62 poin (+0.97%).

Hari ini IHSG berpotensi menguat. Sektor energi (CPO, batubara, gas) berpotensi rebound setelah harga minyak menguat.

AALI speculative 16550-18000. UNTR 16000-17000. ADRO 480-550. PTBA 4300-5000.

CPIN otw target 3400. JPFA masih uptrend dengan target 800, range baru 640-800, waspadai profit taking jangka pendek.

KLBF 1340-1460. ADHI buy on weakness sekitar 2400, batasi risiko jika di bawah itu. Target 3000-3275.

LPCK di bawah 6700 untuk sementara hindari dulu.

Be greedy when others are fear, and be fear when others are greedy. Warren Buffett

Be a professional trader, Training Trading Profits Jakarta 20-21 Februari 2016 , info@ellen-may.com / 082327229009 bit.ly/testimoniTP

Semoga #kopipagi 25 Januari 2016 mencerahkan & salam profit. on.fb.me/ellen_may .instagram : @ellenmay_official

Disclaimer :  Segala rekomendasi untuk beli atau jual  bukan sebuah perintah melainkan sebagai bahan pertimbangan dalam transaksi saham.

Segala keuntungan & kerugian akibat pembelian saham menjadi tanggung jawab pelaku pasar & merupakan bagian dari risiko fluktuasi pasar.



Salam profit,
Ellen May

WA 082327229009

Simak #Edugram dan #EdustocksGram di Instagram : @ellenmay_official
Twitter : @pakarsaham 
www.ellen-may.com
Facebook : on.fb.me/ellen_may

Penurunan Harga Minyak, dan IHSG

By Teguh Hidayat
Posted: 23 Jan 2016 09:38 PM PST
Selama hampir satu dekade terakhir, kita terbiasa melihat harga minyak di kisaran US$ 100 per barel, dengan hanya sekali turun ke level US$ 45 pada tahun 2008 lalu, tapi tak lama kemudian langsung naik lagi untuk kemudian bertahan di rentang US$ 100 – 120 per barel. Memasuki tahun 2015 barulah harga minyak mulai turun dan.. tiba-tiba saja, sekarang dia sudah berada di bawah level US$ 30 per barel. Pertanyaannya, what happen? Dan apakah ini ada hubungannya dengan penurunan bursa China, Amerika, dan juga IHSG pada awal tahun 2016 ini?

Meski harga minyak terus merangkak naik dari US$ 30 pada awal dekade 2000-an hingga sempat menembus US$ 145 per barel pada tahun 2007, namun kalau kita lihat sejarahnya sejak tahun 1860-an, maka dengan memasukkan faktor inflasi, harga minyak lebih sering berada di rentang US$ 15 – 30 per barel. Dan faktanya, selama lebih dari 150 tahun terakhir, maka dengan memasukkan faktor inflasi, harga minyak hanya pernah empat kali berada pada level diatas US$ 100 per barel, yakni pada tahun 1864 (lima tahun setelah ditemukannya internal combustion engine, yakni cikal bakal mesin kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin), lalu pada tahun 1979 (ketika terjadi Revolusi di Iran, sehingga produksi minyak disana berhenti total, padahal Iran adalah salah satu eksportir minyak terbesar di dunia), tahun 2007 (ketika para spekulator di pasar futures terus membeli minyak hingga harganya melambung), dan pada tahun 2011 – 2014.

Jadi ketika harga minyak sekarang sudah dibawah US$ 30 per barel, maka secara historis itu wajar saja, karena seperti yang sudah disebut diatas, dari dulu juga harga minyak memang lebih sering berada di rentang US$ 15 – 30 per barel, dan hanya akan naik secara signifikan kalau ada penyebab yang spesifik. Ketika harga minyak mulai merangkak naik pada awal dekade 2000-an, penyebab spesifik tersebut adalah booming ekonomi di China, dimana permintaan (demand) minyak dunia melonjak tajam. Namun karena belakangan ini perekonomian China melambat, dan akan terus melambat (dengan statusnya sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia, maka tentu sangat sulit bagi China untuk kembali mencatat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa seperti beberapa tahun lalu), maka ya sudah: Cepat atau lambat harga minyak akan balik lagi ke level yang memang seharusnya. Tidak perlu menjadi analis yang canggih untuk menebak bahwa harga minyak mungkin akan lanjut turun sampai dibawah US$ 20 per barel, karena memang disitulah dia seharusnya berada, yakni pada rentang US$ 15 – 30 per barel.

Okay, tapi dengan penurunan harga minyak ini, lalu bagaimana dampaknya terhadap ekonomi dunia?

Kenaikan harga minyak sejak awal tahun 2000-an hingga 2014 kemarin, itu juga pernah terjadi pada dekade 70-an, dimana pada tahun 1973 – 1974 harga minyak melonjak dari sebelumnya dibawah US$ 20 per barel (sesudah inflasi), hingga menembus US$ 55 per barel, ketika itu karena negara-negara Arab melakukan embargo minyak ke Amerika dan Inggris, sebagai bentuk protes atas dukungan Amerika terhadap Israel yang menyerang Mesir dan Suriah. Setelah tahun 1974, harga minyak tidak serta merta turun kembali, melainkan lanjut naik hingga mencapai puncaknya yakni sekitar US$ 105 per barel pada tahun 1979, yakni ketika terjadi Revolusi Iran. Nah, tingginya harga minyak, atau lebih tepatnya kelangkaan supply minyak sepanjang dekade 70-an, pada akhirnya membuat perekonomian di Amerika dan dunia secara keseluruhan, menjadi lesu, karena kegiatan ekonomi yang membutuhkan pasokan minyak praktis terhenti. Pada tahun 1973 – 1974, pasar saham Amerika mengalami crash dimana Indeks S&P500 turun total lebih dari 40% selama dua tahun berturut-turut, dan kenaikan S&P500 di tahun-tahun berikutnya sepanjang dekade 70-an juga terbilang tidak signifikan (malah sempat turun sekali lagi pada tahun 1977).

Memasuki dekade 80-an, keributan di Timur Tengah mulai mereda, sehingga supply minyak dunia kembali lancar.. hingga tiba-tiba saja pada tahun 1982, harga minyak sudah berada di level US$ 30-an per barel lagi, dan terus turun. Alhasil mulai tahun 1982 ini dan seterusnya, beberapa negara produsen minyak seperti Venezuela, Brazil, dan Meksiko mengalami krisis, Arab Saudi mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan Uni Soviet bahkan sampai bubar (menjadi Rusia, Ukraina, Kazakhstan, dst) pada tahun 1991. Pada kasus Brazil dan Meksiko, mereka sampai mengalami krisis karena masalah klasik: Utang. Ketika dua negara tersebut mengalami booming ekonomi berkat kenaikan harga minyak pada awal dekade 1970-an, Pemerintah dan sektor swasta dengan cepat mengambil utang besar-besaran untuk membangun ini dan itu, yang kemudian tidak mampu dibayar setelah harga minyak itu sendiri turun. Di Meksiko, krisis ekonomi yang terjadi baru benar-benar pulih pada tahun 1984.

However, pada dekade 1980-an tersebut, beberapa negara konsumen minyak terbesar seperti Amerika Serikat, Jepang, hingga banyak negara-negara berkembang, justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibanding ketika terjadi krisis energi pada dekade 1970-an, dan alhasil perekonomian dunia secara keseluruhan tetap tumbuh dengan lancar. Kalau kita membandingkan pergerakan indeks Dow Jones pada dekade 70-an dengan 80-an, maka cukup jelas bahwa periode tahun 80-an, yakni ketika harga minyak turun (atau lebih tepatnya kembali ke level harga yang seharusnya), adalah lebih baik dibanding periode tahun 70-an. Perhatikan gambar berikut, dimana tampak jelas bahwa pergerakan Dow antara tahun 1970 – 1980 cenderung mendatar/sideways dengan beberapa kali penurunan ekstrim. Namun antara tahun 1980 – 1990, Dow sukses naik dari 900-an hingga 2,800, atau naik hampir tiga kali lipat (klik gambar untuk memperbesar).
 
Dow Jones 1970 - 1990. Perhatikan bahwa Dow cenderung mendatar pada tahun 1970 hingga awal 1980-an dengan beberapa kali koreksi besar (pada area berwarna abu-abu). Tapi memasuki tahun 1982, kesananya naik terus. Sumber: www.macrotrends.net

Antara Supply dan Demand

Nah, setelah harga minyak sempat relatif stabil selama hampir dua dekade, memasuki tahun 2000-an dia mulai naik lagi, tapi kali ini penyebabnya bukan karena menurunnyasupply seperti ketika pada tahun 1973 negara-negara Arab menghentikan ekspor minyakmelainkan karena meningkatnya demand, yang berasal dari pertumbuhan ekonomi di China. Karena disisi lain supply minyak masih aman, maka kenaikan harga minyak tersebut tidak sampai menyebabkan krisis seperti tahun 1970-an, dimana pertumbuhan ekonomi di Amerika dll masih tetap lancar.

Lebih jelasnya sebagai berikut: Dalam perekonomian terdapat dua faktor fundamental yang sangat penting, yakni supply and demand. Namun kalau disuruh memilih yang paling penting diantara keduanya, maka supply/pasokan adalah yang terpenting. Malahan, asalkan ada supply, maka demand/permintaan akan muncul dengan sendirinya. Ketika orang-orang menemukan minyak pada awal abad ke-19, ketika itu mereka belum tahu, apa kegunaan minyak ini. Tapi kemudian diciptakan mesin kendaraan bermotor, sehingga timbul permintaan akan minyak. Seandainya minyak tidak pernah ditemukan, maka mesin mobil dan motor yang ada sekarang ini juga tidak akan pernah ada. Analogi yang sama juga ketika internet ditemukan pada tahun 1980-an, dimana ketika itu belum ada yang bisa melihat manfaatnya (belum ada demand terhadap internet). Tapi sekarang, coba bayangkan kalau internet tiba-tiba tidak lagi tersedia mulai hari ini: Mungkin tak lama kemudian IHSG langsung jeblok ke 2,500, karena orang-orang yang biasa pake online trading tiba-tiba harus pake cara dulu lagi, yakni telpon broker atau datang langsung ke lantai bursa di Gedung BEI di Jakarta, dimana penulis sendiri gak bisa ngebayangin kalau kita harus kaya gitu (mungkin harus tanya Om Lo Kheng Hong).

Balik lagi soal minyak. Ketika pasokan minyak berkurang, maka segala jenis industri yang membutuhkan minyak, termasuk industri transportasi yang tentu saja sangat vital bagi negara manapun, akan mandek semuanya, dan ekonomi praktis akan terganggu secara keseluruhan. Tapi ketika gilirannya permintaan minyak yang berkurang, maka yang akan terkena dampak negatifnya hanyalah para perusahaan minyak dan juga negara-negara produsen minyak. Sementara kegiatan ekonomi lainnya? Ya berjalan seperti biasa.

Karena itulah, meski harga minyak terus merangkak naik sepanjang dekade 2000-an, namun ekonomi dunia tidak mengalami perlambatan/krisis seperti tahun 1970-an, karena tidak ada problem dari sisi supply.

Dan ketika sekarang gilirannya harga minyak turun lagi, maka apakah akan terjadi krisis? Well, sebenarnya pertanyaan ‘apakah akan terjadi krisis’, itu merupakan pertanyaan yangtricky, karena krisis bisa disebabkan oleh apa saja, tidak harus karena naik turunnya harga minyak. Ketika Indonesia dihantam krisis moneter 1998, harga minyak ketika itu adem ayem saja tuh.

Tapi kalau kita fokus pada penurunan harga minyak, maka ya lihat saja tahun 1980-an: Terjadi krisis tidak? Yang terjadi perekonomian dunia secara umum justru membaik, Dow Jones naik terus, meski beberapa negara eksportir minyak memang mengalami krisis. Khusus untuk Indonesia, penurunan harga minyak sama sekali gak jadi soal, malah justru bagus, mengingat kita ini sejak tahun 2007 sudah berstatus sebagai importir minyak, bukan lagi eksportir. Okay, industri pertambangan termasuk tambang batubara, yang sempat menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia di tahun 2000-an, mungkin akan semakin tenggelam dengan turunnya harga minyak, tapi jangan lupa bahwa kontribusi sektor tambang terhadap GDP nasional hanya 7.3% (per Kuartal III 2015), dan ini sangat berbeda dengan beberapa ‘raja minyak’ seperti Venezuela, yang 55% GDP-nya berasal dari ekspor minyak, atau Qatar, yang 60% GDP-nya berasal dari ekspor gas.

Hanya memang, untuk tahun 2016 ini, yang dikhawatirkan bukan soal penurunan harga minyaknya, tapi penyebab dari penurunan harga minyak itu sendiri, yakni perlambatan pertumbuhan ekonomi di China, yang sebagian menyebutnya dengan istilah yang lebih dramatis: Krisis. Anyway, berhubung pembahasan selanjutnya akan fokus pada bagaimana outlookperkembangan ekonomi Indonesia kedepan, salah satunya jika kondisi China terus memburuk (jadi tidak lagi ngomongin soal minyak), maka kita akan bahas itu minggu depan. Tapi sebelum nanti artikelnya dipublikasikan, maka silahkan anda tulis analisa anda masing-masing terkait perkembangan ekonomi nasional (dan juga global) melalui kolom komentar dibawah.

Info Investor: Buletin Analisa IHSG, investment plan, dan stock pick bulanan edisi Februari akan terbit tanggal 1 Februari mendatang. Anda bisa memperolehnya disini

Senin, 18 Januari 2016

Stockbit Pro - All in One Analytical feature

Stockbit Pro menyediakan fitur analitikal canggih yang dapat membantu anda trading dan investasi secara profesional. Tidak lagi kalah informasi dari institusi.

CHARTBIT
Charting Tools dengan teknologi Cloud sehingga dapat autosave semua analisa anda. Lengkap dengan 100+ teknikal indikator seperti Foreign Flow dengan real-time data hingga 10 tahun kebelakang.
SCREENER

Mempermudah anda mencari saham yang terbaik berdasarkan ratusan kriteria. Terdapat juga Preset Screener dimana Stockbit menyediakan screener berdasarkan gaya guru investasi seperti Warren Buffet, William O'Neil dan lain-lain yang bisa langsung digunakan.
FUNDACHART
Visualisasikan historikal data dari ratusan rasio keuangan untuk mempelajari tren. Tersedia fitur populer yang digunakan oleh Institusi seperti PE Standard Deviation Band untuk menentukan saham undervalued atau overvalued.
FINANCIALS
Laporan Keuangan emiten dengan periode yang sangat lengkap seperti TTM dan Quarterly serta YoY Growth. Tampilan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anda untuk di pecah belah secara teliti.
KEYSTATS
Pertajam analisa Anda dengan rasio-rasio penting untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja dan kesehatan emiten secara tepat. Terutama posisi ranking emiten di IHSG berdasarkan hal seperti EPS Growth dan Earnings Yield.
ANALYST CONSENSUS TARGET
Target konsensus dari analis yang selalu terupdate setiap hari untuk mendapatkan estimasi tujuan harga saham seiring perubahan kondisi dunia.
 
COMPARISON
Bandingkan kinerja emiten dengan saham sesama sektor dan angka rata-rata industri dan sektor nya.
Upgrade account anda ke Stockbit Pro sekarang dan investasi secara profesional.
Upgrade Ke Pro

PESTA REKSADANA 2016