Selasa, 10 Juni 2014

Resource Alam Indonesia

Analisis Saham Independen


Posted: 10 Jun 2014 12:40 AM PDT
Dalam beberapa kali kesempatan ngobrol santai dengan Bapak Lo Kheng Hong, beliau menyampaikan bahwa terdapat setidaknya dua saham di sektor batubara yang sangat menarik untuk investasi karena valuasinya yang rendah. Dua saham tersebut adalah Bumi Resources (BUMI), dan Resource Alam Indonesia (KKGI). Untuk BUMI, well, penulis pribadi punya pendapat yang sedikit berbeda. Namun untuk KKGI, saham ini memang menarik, dan itu bukan karena ‘romantisme masa lalu’ dimana KKGI ini sempat menghasilkan cuan besar ketika naik sampai 8,000-an di awal tahun 2012 lalu, melainkan karena valuasinya yang rendah, prospeknya yang cerah, dan perusahaannya sendiri juga tidak bermasalah. Anyway, kita langsung sajalah.

Ketika berdiri pada tahun 1981, KKGI aslinya merupakan perusahaan produsen lem kayu dengan lokasi pabrik di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Palembang, Sumatera Utara. Pada awal tahun 2000-an perusahaan melihat peluang di bisnis tambang batubara, dan pada tahun 2006 KKGI akhirnya resmi mengoperasikan tambang batubara pertamanya yang berlokasi di Kalimantan Timur, melalui anak usahanya yakni PT Insani Bara Perkasa (IBP). Setahun kemudian yakni pada tahun 2007, KKGI sukses mencatatkan produksi batubara perdana sebanyak 178 ribu ton.

Logo KKGI. 'RAIN' adalah kependekan dari Resource Alam Indonesia
Kemudian seiring dengan kegiatan produksi dan eksplorasi yang dilakukan secara terus menerus, volume produksi batubara KKGI terus meningkat hingga mencapai puncaknya yakni 4.2 juta ton pada tahun 2011, sementara jumlah cadangan batubara yang sudah berstatus terbukti tercatat 80 juta ton, alias masih sangat cukup untuk belasan tahun kedepan.

Namun pada tahun 2012 industri batubara mulai lesu seiring dengan penurunan harga jual batubara dari US$ 110 menjadi US$ 65 per ton, sehingga volume produksi KKGI juga ikut turun, termasuk juga pendapatan dan labanya. Dan kondisi itu terus berlanjut hingga tahun 2013. However, selama periode 2012 – 2013 tersebut perusahaan tetap menjalani kegiatan usaha dan ekspansi seperti biasa, seperti: 1. Membangun infrastuktur jalan raya dan pelabuhan untuk transportasi batubara, termasuk mendirikan 3 anak usaha yang bergerak di bidang infrastruktur tambang, 2. Melanjutkan eksplorasi, dan 3. Menambah portofolio tambang dengan mengakuisisi tambang-tambang batubara diluar tambang yang sudah ada.

Khusus untuk poin yang ketiga, pada tahun 2013 KKGI mengakuisisi PT Kaltim Mineral dan PT Loa Haur, dua-duanya merupakan perusahaan pemilik tambang batubara di Kalimantan Timur dan Tengah, sehingga KKGI kini memiliki tiga tambang batubara di tiga lokasi yang terpisah. Sejauh ini baik Kaltim Mineral maupun Loa Haur masih belum beroperasi karena masih menunggu kenaikan harga batubara, namun dua tambang tersebut sudah dieksplorasi dan memiliki cadangan total 40 juta ton, yang semestinya akan kembali meningkat di masa yang akan datang (ketika eksplorasinya dilanjutkan). Jika harga jual batubara pada tahun 2014 ini naik menjadi US$ 82 – 88 per ton seperti yang diharapkan oleh manajemen KKGI, maka tambang Loa Haur akan segera beroperasi dengan target produksi 1 – 1.5 juta ton untuk tahun 2014. Sebab berbeda dengan Kaltim Mineral yang masih harus mengurus beberapa perizinan untuk bisa mulai menggali batubara, Loa Haur sudah sepenuhnya siap berproduksi.

Jadi bisa dibilang bahwa kalau nanti harga batubara pada akhirnya pulih ke US$ 82 per ton saja (gak perlu balik lagi ke US$ 110 seperti tahun 2011 lalu), maka pendapatan serta laba KKGI akan meningkat signifikan tidak hanya karena meningkatnya margin laba, tetapi juga karena meningkatnya volume batubara yang dijual. Pihak perusahaan sendiri mentargetkan volume produksi 5.7 juta ton batubara untuk tahun 2014, dan itu hanya berasal dari tambang-tambang yang sudah beroperasi milik Insani Bara Perkasa (belum termasuk tambahan volume produksi dari tambang Loa Haur, jika tambang tersebut jadi beroperasi).

Nah, berdasarkan ulasan diatas kita bisa melihat bahwa KKGI ini menarik karena menawarkan lompatan pertumbuhan ketika nanti harga batubara pulih. Tapi kalau cuma itu sih, bukankah semua perusahaan batubara juga begitu? Yap, itu benar, namun berikut ini adalah beberapa hal lain yang membuat KKGI ini menarik:

  1. Manajemennya tipe konservatif dimana perusahaan tidak memiliki utang bank, obligasi, atau semacamnya, but still, mereka mampu untuk mengakuisisi tambang baru menggunakan keuntungan yang diperoleh dari operasional tambang yang sudah ada (Insani Bara Perkasa). Posisi neraca KKGI yang sangat sehat secara otomatis menjamin bahwa jika nanti harga batubara mulai pulih, maka laba bersih perusahaan akan secara otomatis melompat tanpa hambatan.
  2. Posisi aset perusahaan sangat bagus dengan jumlah dana kas yang sedikit (yang itu artinya KKGI selalu memberdayakan aset-asetnya, dan tidak membiarkan aset yang menganggur), posisi aset lancar dan aset tidak lancarnya cenderung berimbang, dan tidak ada aset yang tidak ada hubungannya dengan industri tambang.
  3. Bisnis perusahaan terkonsentrasi hanya di menggali batubara, kemudian jual. Dan dibanding industri-industri lain yang masih terkait seperti transportasi batubara, kontraktor, hingga pembangkit listrik, maka tambang batubara menawarkan margin laba yang terbesar bahkan meski sudah dikurangi royalti untuk pemerintah, yang terus naik setiap tahunnya.
  4. Tidak seperti beberapa perusahaan yang murni tambang batubara seperti Indo Tambangraya (ITMG), Harum Energy (HRUM), dan Bukit Asam (PTBA) yang jor-joran dalam membagikan dividen setiap tahunnya (yang itu berarti pihak manajemen sudah puas dengan bisnis batubara yang ada dan tidak mengincar pertumbuhan yang lebih lanjut bagi perusahaan), KKGI hanya membagikan dividen dalam jumlah yang wajar, yakni sekitar setengah dari laba bersih perusahaan setiap tahunnya, sementara selebihnya dipakai untuk mengembangkan perusahaan. Kalau anda perhatikan perusahaan-perusahaan besar dan bagus seperti ASII, BBRI, dan SMGR, mereka juga membagikan dividen dalam jumlah yang wajar (rata-rata separuh laba perusahaan), sehingga bisa dikatakan bahwa mereka menghargai investor dengan membayar sejumlah dividen, namun sekaligus tetap mengejar peluang pertumbuhan dengan menginvestasikan kembali laba bersih perusahaan.

Dan hal yang berbeda yang dilakukan oleh KKGI adalah, manajemen menyisihkan sebagian dana kas-nya untuk membeli kembali saham perusahaan di pasar (buy back), dan hal itu memang sudah dilakukan sehingga jumlah saham beredar KKGI telah berkurang dari 1 milyar menjadi 900 juta lembar, karena perusahaan telah mem-buy back 100 juta lembar saham KKGI dari pasar. Secara teknis, buy back saham yang dilakukan manajemen KKGI menyebabkan kenaikan persentase kepemilikan investor atas perusahaan. Simpelnya, jika anda memegang 1 juta lembar saham KKGI, maka sebelum dilakukan buy back, anda adalah pemegang 0.10% saham KKGI, karena jumlah saham KKGI yang beredar adalah 1 milyar lembar. Namun setelah buy back, maka jumlah saham anda tetap 1 juta lembar, namun persentase kepemilikan anda atas perusahaan meningkat menjadi 0.11%, karena jumlah saham KKGI yang beredar telah berkurang menjadi 900 juta lembar.

Kalau kita pakai contoh Warren Buffett, beliau sangat menyukai jika Coca Cola atau American Express melakukan buy back saham mereka sendiri, sebab itu akan membuat persentase kepemilikan Berkshire Hathaway atas dua perusahaan tersebut menjadi meningkat dengan sendirinya tanpa perlu Buffett keluar dana untuk membeli lagi saham mereka di pasar. Sementara meski posisi ekuitas Coca Cola akan sedikit turun (karena perusahaan keluar duit untuk membeli sahamnya kembali), namun itu nggak jadi soal karena pada akhirnya ekuitas Coca Cola akan meningkat kembali seiring dengan perolehan laba perusahaan.

Kemudian bagaimana dengan sahamnya?

Dari sisi kualitas fundamentalnya secara keseluruhan, KKGI salah satu perusahaan batubara terbaik di BEI, bersanding dengan PTBA, ITMG, dan HRUM, dan sekaligus yang paling kecil diantara keempatnya sehingga lebih menawarkan prospek pertumbuhan jangka panjang (dan itu pula sebabnya dividen KKGI nggak terlalu besar). Ketika sektor batubara mengalami masa jayanya pada penghujung tahun 2011, kinerja KKGI bahkan merupakan yang terbaik diantara semuanya hingga sahamnya pun sempat terus naik hingga berada di level yang amat sangat optimis, yakni 8,000-an. Ketika itu penulis masih ingat, PBV KKGI ini bahkan sempat menembus 10 kali.

Lalu bagaimana kalau di harga sekarang? Well, pada harga 1,570, PBV dan PER KKGI tercatat masing-masing 7.6 dan 1.8 kali, dan dividend yield-nya 6.4% (perusahaan membagikan dividen Rp100 per saham, tanggal cum-nya 26 Juni). Actually harga ini belum terlalu ideal mengingat prospek kinerja KKGI kedepannya masih bergantung pada perkembangan harga batubara, sementara pada Kuartal I 2014 kemarin pendapatan laba KKGI masih turun (jadi bisa saja dividen KKGI di tahun depan juga turun).

Tapi ketika dulu penulis sempat menunggu saham ini di 1,100-an (PBV dibawah 1.5 kali), ternyata nggak dikasih juga, yang kemungkinan itu karena: 1. Tindakan manajemen yang telah membeli saham KKGI dipasar otomatis membuat jumlah saham yang tersedia untuk dijual menjadi lebih sedikit karena manajemen tidak akan menjual kembali saham tersebut, dan alhasil permintaan (bid) akan saham KKGI lebih besar dari penawarannya (offer), sehingga harganya pun terjaga di level yang tidak terlalu rendah, dan 2. KKGI masih merupakan perusahaan yang menguntungkan dengan tingkat return on equity (ROE) KKGI yang besar, yakni 24% di Kuartal I 2014 (padahal labanya masih turun). Sementara pada tahun 2011, ROE KKGI bahkan tercatat 69%.

Yang juga perlu diperhatikan adalah, KKGI telah mengeluarkan kira-kira Rp150 milyar untuk membeli sahamnya di harga 1,500-an per saham. Make it simple, jika nanti harga saham KKGI sudah kembali pulih, dan KKGI bisa kembali melepas saham tersebut di harga yang lebih tinggi, katakanlah 2,500, maka ekuitas perusahaan akan bertambah sekitar Rp250 milyar bukan? Dan itu adalah angka penambahan yang besar karena posisi ekuitas KKGI pada saat ini hanya US$ 77 juta atau setara Rp891 milyar. However, manajemen KKGI belum menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka akan menjual kembali saham hasil buy back-nya. Termasuk ketika beberapa bulan lalu KKGI sempat naik sampai hampir saja balik lagi ke 3,000-an, saham hasil buy back tersebut masih di hold.

Kesimpulannya, kalau anda tertarik dengan saham ini maka coba untuk menunggunya di harga yang paling tidak lebih rendah dari harga buy back-nya, alias dibawah 1,500. Tapi jika mau hajar di harga sekarang maka ada baiknya menunggu pendapatan perusahaan tercatat naik kembali di Kuartal II nanti, atau jika nanti perusahaan mengumumkan bahwa tambang Loa Haur-nya mulai berproduksi. Target harganya? Konservatifnya sih 2,000 karena PER KKGI akan tercatat 9.7 kali di harga tersebut. Tapi jika nanti KKGI sukses mencatat kenaikan laba di Kuartal II mendatang, maka tentu targetnya bisa kita naikkan.

PT. Resource Alam Indonesia, Tbk
Rating Kinerja pada Kuartal I 2014: BBB
Rating saham pada 1,570: A

NB: Penulis menyelenggarakan training/seminar investasi saham dengan tema value investing, pada hari Sabtu tanggal 21 Juni 2014 di Jakarta. Keterangan selengkapnya baca disini.



Senin, 02 Juni 2014

15 Prinsip Investasi ala Buffett

Analisis Saham Independen


Posted: 02 Jun 2014 01:59 AM PDT
Pada bulan Juni 1996, chairman Berkshire Hathaway, Warren Buffett, merilis sebuah buku kecil berjudul ‘An Owner’s Manual’, yakni semacam buku panduan bagi investor pemegang saham Berkshire. Buku tersebut berisi 13 plus 2 prinsip Berkshire dalam berbisnis, atau dalam hal ini: Berinvestasi. Ketiga belas prinsip tersebut sudah diciptakan oleh Buffett sejak tahun 1983, dan seluruhnya masih relevan hingga saat ini, atau paling tidak seperti itulah yang dikatakan Buffett di Annual Letter-nya yang terakhir, yakni edisi tahun 2013. Nah, disini penulis akan mengajak anda untuk juga membaca prinsip-prinsip ala Buffett tersebut, tentunya yang sudah saya terjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Okay, kita langsung saja:


Kepada Yth., para pemegang saham di Berkshire Hathaway

1. Meskipun Berkshire Hathaway adalah sebuah korporasi, namun kami tetap mengelolanya dengan gaya partnership/kemitraan. Saya dan Charlie Munger menganggap bahwa para pemegang saham Berkshire merupakan mitra dalam kapasitasnya sebagai pemilik perusahaan, sementara kami adalah mitra dalam kapasitas kami sebagai pengelola sekaligus juga pemilik perusahaan (karena kami juga memegang saham Berkshire dalam jumlah signifikan). Kami tidak memandang Berkshire sebagai pemilik akhir dari aset-aset yang dipegang perusahaan, melainkan hanya sebagai penyalur/perantara antara pemegang saham Berkshire dengan aset-aset tersebut. Intinya, aset-aset yang dipegang oleh Berkshire adalah merupakan milik anda sekalian sebagai pemegang saham Berkshire Hathaway.

Saya dan Charlie tidak ingin anda menganggap saham Berkshire sebagai selembar kertas tanpa arti yang harganya naik turun setiap saat sesuai mekanisme pasar, kemudian menjualnya hanya karena anda gugup ketika terjadi peristiwa tertentu terkait ekonomi maupun politik. Kami berharap bahwa anda bisa melihat diri anda sendiri sebagai salah seorang pemilik dari aset-aset bisnis yang anda miliki melalui Berkshire, dan bahwa anda akan menjadi pemilik dari aset-aset tersebut tidak hanya untuk saat ini saja, melainkan untuk seterusnya, sama seperti anda memiliki dan tinggal rumah atau apartemen secara bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga anda.

Sementara kami sendiri tidak ingin melihat pemegang saham Berkshire sebagai orang-orang yang hanya datang dan pergi hingga kami tidak pernah mengenal mereka itu siapa. Kami berharap bahwa kami bermitra dengan pemegang saham yang memiliki keyakinan bahwa partnership ini akan memberikan keuntungan jangka panjang hingga akhir hayat.

Volume transaksi perdagangan saham Berkshire yang tidak likuid, sejauh ini membuktikan bahwa sebagian besar pemegang saham Berkshire menyetujui konsep kemitraan jangka panjang seperti yang sudah diuraikan diatas, dimana para pemegang saham Berkshire tidak menjual sahamnya kembali.

Dan ketika seorang pemegang saham telah setuju untuk menjadi partner kami, maka mereka harus memandang saham Berkshire dengan cara pandang yang sama seperti ketika Berkshire memegang saham-saham perusahaan tertentu. Sebagai pemegang saham minoritas dari, katakanlah, Coca Cola atau American Express, kami menganggap Berkshire adalah merupakan partner non pengendali di dua perusahaan yang luar biasa, dimana kami menilai kesuksesan investasi kami (di dua perusahaan tersebut) bukan berdasarkan pergerakan harga sahamnya dari bulan ke bulan, melainkan berdasarkan perkembangan fundamental perusahaan dalam jangka panjang. Bahkan, kami juga tidak peduli andaikata saham Coca Cola dan American Express sama sekali tidak diperdagangkan di bursa selama bertahun-tahun.

Karena kami memiliki ekspektasi jangka panjang terhadap kinerja perusahaan, maka perubahan harga saham dalam jangka pendek sama sekali tidak berarti apapun kecuali merupakan kesempatan untuk meningkatkan persentase kepemilikan kami terhadap dua saham diatas, jika kebetulan harganya atraktif alias murah.

2. Sejalan dengan cara investasi kami, yakni dengan memandang perusahaan sebagai milik kami sepenuhnya, maka sebagian besar para direktur di Berkshire adalah juga merupakan pemegang saham Berkshire, dimana mereka menempatkan sebagian besar dari harta kekayaan mereka disini. Jadi yah, dalam berinvestasi, kami seperti menyantap masakan kami sendiri.

Charlie dan keluarganya menempatkan lebih dari 80% harta kekayaan mereka di saham Berkshire, sementara saya lebih dari 98%. Selain itu beberapa anggota keluarga saya, seperti saudari dan sepupu, juga memegang saham Berkshire dalam jumlah besar.

Saya dan Charlie merasa nyaman dengan kebijakan ‘menempatkan hampir seluruh telur hanya dalam satu keranjang’, yakni saham Berkshire Hathaway, karena Berkshire sendiri memiliki banyak perusahaan-perusahaan bagus yang bergerak di berbagai sektor. Malah, kami percaya bahwa Berkshire Hathaway merupakan sebuah bisnis yang unik karena mampu memegang banyak aset-aset/perusahaan yang bagus secara terdiversifikasi, baik sebagai pemegang saham mayoritas maupun minoritas.

Saya dan Charlie tidak bisa menjanjikan anda keuntungan. Namun, kami bisa menjamin bahwa pertumbuhan aset investasi anda akan sejalan dengan pertumbuhan harta kekayaan kami sebagai sesama pemegang saham Berkshire. Kami tidak tertarik dengan gaji besar, opsi saham, atau apapun yang bisa menyebabkan kami memperoleh keuntungan lebih besar dari yang anda terima. Lebih jauh, ketika saya melakukan sesuatu yang bodoh, maka saya harap anda mengetahui secara persis bahwa kerugian finansial yang anda derita adalah sama besarnya dengan kerugian finansial yang kami alami.

3. Visi Perusahaan: Dalam jangka panjang, tujuan kami adalah untuk memaksimalkan angka pertumbuhan tahunan dari aset bersih Berkshire Hathaway, berdasarkan pertumbuhan nilai intrinsik perusahaan. Kami tidak mengukur kinerja Berkshire berdasarkan pertumbuhan aset perusahaan, melainkan hanya berdasarkan pertumbuhan nilai intrinsik dari sahamnya. Kami akan kecewa jika rata-rata pertumbuhan kami dari tahun ke tahun lebih rendah dibanding rata-rata pertumbuhan perusahaan-perusahaan besar di Amerika.

4. Misi Perusahaan: Untuk mencapai tujuan kami diatas, kami memiliki dua buah metode khusus. Yang pertama, kami secara langsung membeli/memiliki perusahaan-perusahaan yang terdiversifikasi, yang mampu menghasilkan keuntungan tunaidan secara konsisten mencatatkan nilai pengembalian modal (return of capital) diatas rata-rata. Kedua, kami membeli perusahaan-perusahaan tadi melalui anak-anak usaha kami di bidang asuransi. Jika ada perusahaan bagus dan harganya cocok sehingga bisa dibeli, sementara unit usaha asuransi kami juga sedang memegang uang cash, maka kami akan membeli perusahaan tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir kami telah mengakuisisi beberapa perusahaan besar. Meskipun kedepannya mungkin akan ada tahun-tahun dimana akuisisi tersebut belum akan menghasilkan apa-apa, namun kami berharap bahwa investasi yang kami lakukan akan menghasilkan keuntungan yang signifikan dalam satu atau dua dekade mendatang. Jika akuisisi-akuisisi yang kami lakukan memberikan hasil yang sama baiknya dengan apa yang telah kami lakukan di masa lalu, maka pemegang saham Berkshire juga akan diuntungkan.

Tantangan terbesar bagi kami adalah bagaimana caranya agar kami mampu untuk terus menghasilkan ide dalam hal mengakuisisi perusahaan, sekaligus menghasilkan uang tunai untuk keperluan akuisisi tersebut. Terkait hal ini, kondisi dimana pasar saham sedang turun akan memberikan kami tiga keuntungan. Pertama, akan ada banyak saham-saham bagus yang dijual pada harga rendah. Kedua, unit-unit asuransi kami juga akan dengan mudah menemukan saham bagus yang dijual murah, atau menambah kepemilikan kami atas saham-saham yang sudah kami pegang sebelumnya. Dan ketiga, beberapa perusahaan yang sahamnya kami pegang secara minoritas, seperti Coca-Cola, adalah juga merupakan pembeli siaga dari saham-saham mereka sendiri, dimana itu berarti mereka, dan juga kami, akan diuntungkan dari meningkatnya persentase kepemilikan kami atas perusahaan, dimana kami bisa melakukan itu (membeli saham Coca-Cola di pasar) pada harga rendah.

Secara umum, Berkshire dan juga para pemegang saham perusahaan akan diuntungkan setiap kali terjadi penurunan indeks pasar saham, sama seperti pelanggan toko sembako yang diuntungkan ketika harga beras turun. Jadi ketika terjadi market crash, dan itu memang akan terus terjadi dari waktu ke waktu, maka jangan panik ataupun bersedih. Bagi Berkshire, itu adalah kabar bagus!

5. Karena adanya batasan-batasan akibat faktor akuntansi, maka laporan keuangan kami mungkin hanya menampilkan sedikit saja dari kinerja kami yang sebenarnya. Karena alasan itulah, saya dan Charlie, baik sebagai pemegang saham maupun fund manager di Berkshire, hampir sepenuhnya mengabaikan angka-angka yang ditampilkan di laporan keuangan Berkshire. Meski demikian kami juga melaporkan kepada anda mengenai kinerja dan perolehan laba bersih dari perusahaan-perusahaan yang kami miliki, dan kami berharap bahwa hal tersebut dapat membantu anda dalam membuat penilaian terhadap kinerja investasi kami.

Singkatnya, melalui annual letter, kami setiap tahunnya akan selalu memberi kabar kepada anda tentang angka-angka dan informasi lain yang kami anggap penting. Saya dan Charlie sangat memperhatikan perkembangan bisnis dari perusahaan-perusahaan yang kami miliki, termasuk memperhatikan lingkungan/sektor dimana perusahaan kami beroperasi. Contohnya: Apakah perusahaan kami berada dalam posisi sebagai perintis di industrinya, ataukah cuma ikut-ikutan perusahaan lain yang sudah lebih dulu sukses? Saya dan Charlie perlu mengetahui dalam situasi yang mana perusahaan kami berada, untuk kemudian menyesuaikan ekspektasi kami terhadap pertumbuhan perusahaan perusahaan. Dan ketika kami memperoleh kesimpulan terkait hal ini, maka kami akan menyampaikannya kepada anda.

Sejauh ini, sebagian besar dari perusahaan-perusahaan yang kami beli telah mencatat kinerja yang lebih baik dibanding ekspektasi. Tapi tentu, terkadang kami juga harus menghadapi kekecewaan. Dan kami berusaha untuk menyampaikan seluruh pengalaman investasi kami kepada anda, baik pengalaman yang baik maupun buruk, secara terbuka dan sejujur mungkin.

6. Faktor akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja operasional kami maupun jumlah alokasi dana dalam setiap pembelian saham. Untuk dua buah perusahaan yang dijual pada harga yang sama, kami lebih suka mengakuisisi perusahaan yang melaporkan laba US$ 2 per saham, meskipun laba tersebut tidak atau belum tercermin di laporan keuangan, ketimbang perusahaan yang melaporkan laba US$ 1 per saham di laporan keuangannya. Kami harus melakukan ini karena seringkali sebuah perusahaan, meski pada harga yang semurah-murahnya, namun tetap dijual pada harga dua kali lipat nilai aset bersih perusahaannya (PBV-nya 2 kali). Namun kami berharap bahwa setelah beberapa waktu tertentu, laba bersih perusahaan yang belum terlapor dalam laporan keuangan perusahaan pada akhirnya nanti akan terlapor juga, dan bahwa nilai aset bersih perusahaan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya akumulasi laba perusahaan (dalam bentuk saldo laba).

Kami telah belajar dari pengalaman bahwa laba bersih yang belum tercermin di laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan yang kami miliki, secara keseluruhan, adalah sama menguntungkannya dengan laba bersih yang sudah diterima perusahaan tersebut. Hal ini adalah karena perusahaan-perusahaan kami bergerak di bidang usaha yang luar biasa baik dan mudah dipahami, dimana mereka dapat memberdayakan modal yang mereka miliki secara maksimal, entah itu dengan cara mendirikan pabrik dll, atau untuk membeli kembali saham mereka di pasar (buy back).

Sudah tentu, tidak semua keputusan investasi yang kami lakukan sukses menghasilkan keuntungan, dimana ada juga perusahaan kami yang gagal mencetak laba, padahal kami membelinya pada harga yang lebih tinggi dari nilai buku perusahaan (PBV-nya lebih dari 1 kali). Namun secara keseluruhan kami memperoleh keuntungan lebih dari satu Dollar untuk setiap Dollar yang kami keluarkan (untuk membeli saham perusahaan).

7. Kami menggunakan hutang secara hati-hati. Ketika kami meminjam sejumlah dana entah itu ke bank atau lainnya, maka kami berusaha untuk memperoleh pinjaman jangka panjang dengan tingkat bunga yang tetap. Jika kami menemukan peluang investasi namun kami tidak memiliki dana, maka kami akan memilih untuk mengabaikan peluang tersebut ketimbang membuat neraca Berkshire menjadi dipenuhi oleh hutang. Metode konservatif ini telah membatasi kinerja investasi kami selama ini, namun hanya dengan cara inilah kami bisa tidur tenang di malam hari.

Metode perhitungan keuangan yang saya dan Charlie lakukan tidak memungkinkan kami untuk mencoba meraih keuntungan ekstra sebanyak sekian persen dari investasi kami dalam waktu semalam. Saya tidak mau mengambil risiko dan mempertaruhkan apa yang kami punya, untuk mengejar sesuatu yang sejak awal tidak kami miliki dan juga tidak kami butuhkan.

Selain itu, Berkshire memiliki akses ke dua sumber dana murah, yang memungkinkan kami untuk memiliki lebih banyak aset ketimbang modal yang tersedia, yakni: pajak tangguhan, dan ‘float’, yaitu premi yang dibayarkan oleh para nasabah di perusahaan-perusahaan asuransi kami, yang belum dibayarkan ke mereka kembali karena mereka belum mengajukan klaim kerugian. Jumlah dana yang tersedia di dua sumber tersebut terus meningkat tajam dari tahun ke tahun, dan saat ini nilainya sudah mencapai US$ 135 milyar.

Lebih baik lagi, dana yang berasal dari dua sumber tadi nyaris bebas biaya. Pajak tangguhan tidak menanggung beban bunga, dan selama kami bisa menutup beban underwriting dalam bisnis asuransi kami, maka biaya untuk dana yang berasal dari ‘float’ juga nol. Sementara jika kami memiliki hutang, maka itu adalah hutang-hutang yang tanpa syarat dan juga tanpa tanggal jatuh tempo. Alhasil, semua ini memberikan kami peluang untuk membeli lebih banyak saham/perusahaan, sekaligus menawarkan risiko yang sangat rendah jika ternyata kami keliru dalam membeli saham-saham tertentu.

8. ‘Daftar keinginan’ para direktur/manajer di Berkshire tidak akan menjadi bagian dari biaya perusahaan.

Saya dan Charlie hanya tertarik untuk mengakuisisi perusahaan, dan terus meningkatkan nilai intrinsik dari saham Berkshire. Sementara bayaran yang kami terima sebagai pengelola perusahaan, sampai kapanpun, tidak akan sampai menyebabkan penurunan dari nilai aset bersih Berkshire.

9. Kami senantiasa mengecek hasil kinerja investasi kami secara berkala dari waktu ke waktu. Kami terus menguji hipotesa tentang apakah kami memperoleh aset senilai minimal US$ 1 untuk setiap US$ 1 yang kami keluarkan (untuk membeli saham). Hingga saat ini, hipotesa tersebut masih berlaku.

10. Kami  akan menerbitkan saham baru hanya jika kami bisa memperoleh nilai dana yang setara dengan nilai saham yang kami berikan kepada pemegang saham. Dan peraturan ini berlaku untuk semua kegiatan bisnis kami, tidak hanya ketika kami melakukan merger, penawaran saham ke publik, tapi juga ketika kami mengkonversi kewajiban menjadi saham, mengeksekusi opsi saham, dan seterusnya.

11. Terlepas dari kenaikan atau penurunan harga sahamnya di pasar, kami sama sekali tidak pernah tertarik untuk menjual perusahaan bagus yang dimiliki oleh Berkshire, bahkan meski ini berarti bahwa kinerja keuangan kami bisa terganggu ketika harga-harga saham turun. Kami juga tidak berminat untuk menjual anak-anak usaha yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang kami pegang, selama anak-anak usaha tersebut mampu menghasilkan keuntungan tunai, dan selama para manajer serta pekerja disana bekerja dengan baik.

Kami selalu menghindari metode investasi dengan cara berpindah-pindah dari memegang satu perusahaan ke perusahaan lain. Memang, pada pertengahan tahun 1980-an lalu, kami pada akhirnya menutup bisnis tekstil yang dimiliki oleh Berkshire setelah kami berjuang untuk membuatnya menguntungkan (dan akhirnya tetap gagal) selama 20 tahun. Namun kami lebih suka berupaya untuk membantu manajemen perusahaan jika perusahaan itu tidak mampu menghasilkan keuntungan, ketimbang segera menjualnya. Kebijakan ini, pada akhirnya dalam jangka panjang tetap menguntungkan bagi Berkshire.

12. Kami akan senantiasa jujur dalam setiap pelaporan tentang kinerja investasi kami. Kami juga percaya bahwa keterus terangan akan menguntungkan kami sebagai pengelola perusahaan: Para CEO yang mencoba menyesatkan seseorang dengan informasi yang keliru, pada akhirnya dia akan menyesatkan dirinya sendiri.

13. Meski kami berusaha untuk jujur dan terbuka, namun informasi mengenai kegiatan kami dalam membeli atau menjual saham-saham tertentu hanya akan disampaikan sebatas yang diperintahkan oleh hukum pasar modal Amerika (karena Berkshire adalah perusahaan publik). Sebab, ide investasi (ide untuk membeli saham/perusahaan tertentu) merupakan sesuatu yang langka dan berharga. Karena itulah kami jarang mau bicara soal saham-saham apa saja yang akan kami beli, meski pada waktu-waktu tertentu kami tentu bersedia untuk membicarakannya. Kebijakan ‘tutup mulut’ ini juga berlaku untuk saham-saham yang kami jual (karena mungkin kami akan membelinya kembali), atau saham-saham yang beredar rumor bahwa kami akan membelinya. Jika beredar rumor bahwa kami akan membeli saham A, atau menjual saham B, maka kami akan menjawabnya: ‘No comment!’, dan itu adalah jawaban terakhir yang akan kami berikan.

Meski kami akan sebisa mungkin tutup mulut soal rencana kami untuk membeli atau menjual saham tertentu, namun kami terbuka untuk berbicara soal metode dan filosofi investasi kami. Selama ini saya telah sangat diuntungkan oleh kemurah hatian Ben Graham, guru terbesar sepanjang sejarah dunia keuangan, yang telah mengajarkan kepada saya tentang value investing. Dan saya merasa bahwa tidak ada ruginya jika saya menyampaikan kembali kepada orang-orang tentang apa yang sudah saya pelajari dari beliau, bahkan jika itu menyebabkan munculnya investor-investor handal yang bisa menjadi pesaing bagi Berkshire dimasa depan, seperti yang memang pernah terjadi pada diri Ben Graham sendiri dimana seluruh murid-muridnya (termasuk saya) mendirikan perusahaan investasi milik mereka masing-masing.

14. Sedapat mungkin, kami berharap bahwa setiap pemegang saham Berkshire menghasilkan keuntungan atau kerugian, terhitung sejak ia membeli saham perusahaan, yang sejalan dengan kenaikan atau penurunan nilai intrinsik perusahaan pada rentang waktu yang sama. Karena itulah, saya dan Charlie berharap bahwa harga saham Berkshire di market akan senantiasa setara atau mencerminkan nilai intrinsiknya, alias nilai wajarnya, tidak kurang (undervalue) dan tidak lebih (overvalue). Kami lebih suka melihat saham Berkshire berada pada level harga yang memang seharusnya, ketimbang pada level yang terlalu tinggi. Sudah tentu, saya dan Charlie tidak bisa mengendalikan pergerakan harga saham Berkshire di pasar. Namun melalui berbagai kebijakan serta komunikasi yang kami lakukan dengan para pemegang saham, kami berharap bahwa hal itu akan membuat harga saham Berkshire menjadi stabil di level wajarnya, dan tidak volatile.

Kebijakan kami ini mungkin terdengar tidak menyenangkan bagi sebagian pemegang saham Berkshire, terutama mereka yang berharap bisa membeli saham Berkshire di harga rendah, kemudian menjualnya di harga tinggi. Namun kami berharap bahwa hal ini bisa menarik minat dari para investor untuk berinvestasi jangka panjang di saham Berkshire, dimana mereka akan diuntungkan dari perkembangan/pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, dan bukannya malah dirugikan gara-gara keliru membeli saham Berkshire pada harga yang terlalu tinggi.

15. Kami secara rutin membandingkan kinerja investasi kami, yakni peningkatan nilai buku per saham Berkshire setiap tahunnya, dengan kenaikan/penurunan indeks S&P 500 di tahun yang sama. Setelah waktu tertentu, kami berharap bahwa rata-rata kinerja tahunan kami lebih baik dibanding rata-rata kinerja S&P 500. Jika tidak, lalu ngapain juga anda harus berinvestasi di Berkshire? Namun selama 49 tahun terakhir, kami memiliki tahun-tahun tertentu dimana kinerja kami lebih rendah dibanding kinerja indeks, dan itu tidak bisa dihindari. Hingga saat ini, kami masih terus berharap bahwa kinerja kami akan mengalahkan indeks pada tahun-tahun dimana pasar bergerak stagnan atau turun, dan akan tampak biasa-biasa saja pada tahun-tahun dimana pasar bergerak naik secara signifikan.
Warren E. Buffett,
28 Februari 2014


Well, so what do you think? Kalau menurut penulis sendiri, beberapa prinsip investasi Buffett diatas bisa kita tiru, namun beberapa lagi tidak. Contohnya, penulis tidak akan bisa menggunakan uang ‘float’, karena saya nggak memiliki perusahaan asuransi. However, mudah-mudahan ketiga belas prinsip diatas bisa menjadi panduan anda dalam berinvestasi di pasar saham. Ingat sekali lagi bahwa yang menulis prinsip-prinsip diatas adalah Warren Buffett sendiri, dan bukan orang lain yang menulis buku berdasarkan ‘menurut Warren Buffett’ atau semacamnya.

Catatan: Penulis belum memperoleh izin dari manajemen Berkshire Hathaway untuk meng-copy paste tulisan diatas ke dalam Bahasa Indonesia, karena bingung juga bagaimana cara minta izinnya. Meski demikian penulis yakin bahwa mereka tidak akan keberatan karena ini adalah untuk kepentingan bersama. Tapi jika nanti terjadi sesuatu maka mungkin artikel ini akan dihapus.