Sekitar dua tahun terakhir ini penulis menemukan fakta menarik di pasar,
dimana ada beberapa saham yang secara fundamental bagus, valuasinya juga wajar
atau bahkan murah, namun pergerakannya terkesan sangat lamban. Dalam beberapa
bulan, saham-saham ini terkadang hanya mondar mandir disitu-situ saja, misalnya
jika pada awal Januari dia berada di posisi 1,000, maka pada akhir Juni dia
masih di posisi 1,000-an tersebut. Tapi pada waktu-waktu lainnya saham ini
seringkali tiba-tiba saja naik signifikan, mungkin sampai 2,000 atau 2,500
hanya dalam satu atau dua bulan, sebelum kemudian balik lagi ke 1,000. Nah,
ketika terjadi kenaikan dramatis inilah, seorang investor yang sudah memegang
saham tersebut di harga 1,000 boleh dikatakan telah memperoleh jackpot.
Namun anda jangan bayangkan bahwa ‘jackpot’ tersebut bisa terjadi setiap
hari. Terkadang si investor harus menunggu cukup lama, bisa sampai
berbulan-bulan, hanya untuk memperoleh satu kali jackpot dalam setahun.
Beberapa yang beruntung mungkin bisa memperoleh jackpot tersebut secara cepat,
dimana ia membeli saham pada hari Senin, dan pada hari Selasanya saham tersebut
langsung naik. Tapi beberapa lainnya mungkin harus menunggu sampai
berbulan-bulan, terkadang dengan digoyang-goyang dulu selama perjalanan beberapa
bulan tersebut (sahamnya sempat turun dulu).
Tapi intinya ketika jackpot itu diperoleh, maka gain yang diperoleh bisa
sangat signifikan, mungkin bisa mencapai 50% atau lebih. So, katakanlah anda
hanya satu kali memperoleh 50% tersebut dalam satu tahun, maka itu sudah
lumayan toh? Dan juga sudah sangat jauh diatas rata-rata pasar. Sebab kenaikan IHSG
sendiri kalau dirata-ratakan nggak sampai 15% per tahun.
Anyway, kunci utama dari investasi di saham-saham jackpot ini adalah bahwa
anda harus tahu bahwa dia tidak akan turun lagi dibanding harga dimana anda
membelinya. Atau kalaupun dia turun, maka cepat atau lambat akan naik lagi. Dan
sebuah saham hanya tidak akan turun lagi jika kualitas kinerjanya minimal cukup
baik serta konsisten dalam jangka panjang, sementara valuasinya pun sudah
sangat rendah, baik secara relatif (dilihat dari PER), maupun absolut (PBV-nya
kurang dari 1 kali).
Nah, ketika sebuah saham sudah tidak bisa turun lebih rendah lagi, maka
artinya apa? Artinya, sewaktu-waktu dia bisa naik. Anda tidak akan pernah tahu
kapan saham itu akan naik, tapi yang penting, anda tahu bahwa saham itu akan
naik.
Lho, memangnya ada saham-saham yang seperti itu? Yup, ada! Berikut adalah
tiga saham ‘jackpot’ versi penulis, tapi mungkin anda sudah mengetahuinya:
1. Ekadharma International (EKAD,
pernah penulis bahas disini)
2. Gema Grahasarana (GEMA)
3. Multi Indocitra (MICE)
Agar sistematis, berikut adalah poin-poin analisis dari ketiga saham
diatas, dan kenapa mereka bisa disebut sebagai saham jackpot.
1. Ketiga perusahaan bermain di industri yang sederhana dan mudah. EKAD
adalah perusahaan produsen pita perekat merk ‘Daimaru’, GEMA perusahaan jasa
interior design dan produsen produk-produk furniture dengan merk ‘Vivere’, dan
MICE adalah produsen perlengkapan bayi merk ‘Pigeon’. Khusus untuk EKAD dan
MICE, penulis menilai bahwa kedua perusahaan tersebut memproduksi produk jenis
consumer, yang dibutuhkan secara terus menerus oleh orang banyak, dan itu tentu
bagus. Sementara untuk GEMA, meski produknya tidak dibeli orang setiap hari,
perkembangan usahanya dalam beberapa tahun terakhir ini tampak cukup
mengesankan, kemungkinan karena didorong oleh meningkatnya selera masyarakat
perkotaan akan tampilan interior rumah, kantor, dan apartemen yang lebih baik.
2. Ketiga perusahaan memiliki brand yang cukup kuat untuk produknya
masing-masing. Anda mungkin juga sudah cukup hafal dengan merk Vivere dan
Pigeon. Kalau Daimaru, well penulis sendiri kalau beli lakban gak pernah liat
merk-nya, tapi kalau gak salah lakban yang dijual di Ace
Hardware, itu memang merk-nya Daimaru.
Koleksi produk peralatan bayi 'Pigeon' |
3. Ketiga perusahaan fokus pada industrinya masing-masing, sehingga mereka
merupakan ekspertise yang sudah sangat berpengalaman di bidangnya masing-masing.
Jadi EKAD ya hanya bikin lakban saja, dan gak pernah coba-coba akuisisi tambang
batubara, misalnya. Untuk MICE, perusahaan juga memang sedang mencoba
peruntungan di lampu hemat energi dengan merk ‘Hori’, namun sejauh ini hal itu
tidak mengganggu bisnis inti perusahaan.
4. Ketiga perusahaan beroperasi dengan konservatif, running business as it
is. Mereka hanya membuat produk, kemudian menjualnya, that’s it, tanpa right
issue, menerbitkan obligasi, atau semacamnya. Mereka juga hampir nggak punya
utang, dimana DER EKAD dan MICE masing-masing dibawah 1 kali. Tapi memang untuk
GEMA utangnya agak lumayan.
5. Ketiga perusahaan dikelola oleh tim manajemen yang berpihak kepada
investor, itu bisa dilihat dari: 1. Perusahaan rutin membagikan dividen setiap
tahun, 2. Perusahaan rutin melakukan pengembangan kegiatan usaha dengan
cara-cara yang wajar dan tidak berlebihan, misalnya mendirikan pabrik baru,
membuka gerai baru, hingga menciptakan variasi produk baru, dan 3. Sampai saat
ini saya belum pernah mendengar berita bahwa RUPS yang diselenggarakan oleh
EKAD, MICE, dan GEMA, menjadi batal gara-gara nggak kuorum, kemudian para investor
yang hadir menjadi mengamuk dan rusuh macam kalah pertandingan sepakbola, if
you know what I mean.
And by the way, untuk mengetahui lebih detail tentang ciri-ciri manajemen yang baik
dan berpihak kepada investor, anda bisa baca artikelnya disini.
Okay, lanjut!
6. Ketiga perusahaan memiliki kinerja jangka panjang yang cukup baik serta
konsisten. Pada periode laporan keuangan terbaru (Kuartal III 2013), laba MICE
serta GEMA memang sedikit turun. Tapi dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan
mereka baik dari sisi kenaikan modal bersih, pendapatan, serta laba bersih,
semuanya tampak cukup baik. Anda bisa membaca datanya di masing-masing laporan
tahunan terakhir milik perusahaan.
7. Ketiga perusahaan memiliki rasio lancar yang bagus, dimana aset lancar
mereka lebih besar secara signifikan dibanding aset tidak lancar. Ini artinya
jika terjadi sesuatu yang buruk pada perusahaan (perusahaannya bangkrut), maka
aset-asetnya akan bisa dengan mudah dilikudasi. Asset turnover alias rasio
perputaran aset mereka juga bagus, dimana nilai pendapatan MICE, GEMA, dan EKAD
dalam satu tahun biasanya sudah lebih besar dari nilai total aset perusahaan.
Sekedar catatan, dua kriteria ini biasanya hanya dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan consumer, dan perusahaan pakan ayam (CPIN dan saudara-saudaranya).
8. Ketiga perusahaan memiliki kualitas kinerja yang secara umum cukup
baik, meski tidak bisa disebut sangat baik. Kecuali MICE, baik EKAD
maupun GEMA memiliki rasio profitabilitas yang lumayan, dengan ROE
dikisaran 20%. Kalau diurutkan berdasarkan kualitas kinerjanya di
Kuartal III 2013, maka saham dengan fundamental terbaik adalah EKAD,
disusul GEMA, dan terakhir MICE. Entah kebetulan atau tidak, valuasi
saham EKAD pada saat ini adalah juga yang paling tinggi diantara
ketiganya, sementara MICE adalah yang terendah. Selengkapnya bisa
dilihat di tabel dibawah ini:
Nah, diluar kedelapan poin diatas, faktor yang paling menarik dari EKAD,
GEMA, dan juga MICE, adalah valuasinya yang rendah, atau bahkan sangat rendah
jika dibandingkan dengan rata-rata valuasi dari seluruh saham di bursa. Berikut
datanya, harga saham adalah harga penutupan tanggal 20 Desember 2013:
Stocks
|
Price (Rp)
|
PER (x)
|
PBV (x)
|
Dividend Yield (%)
|
EKAD
|
390
|
6.2
|
1.2
|
2.1
|
GEMA
|
460
|
4.7
|
0.9
|
6.7
|
MICE
|
400
|
7.9
|
0.7
|
3.8
|
Faktor valuasi yang rendah inilah yang membuat ketiga saham diatas,
kecuali
terjadi peristiwa luar biasa terkait perusahaannya, atau pasar saham itu
sendiri
hancur lebur seperti tahun 1998 dan 2008 lalu, sangat kecil risikonya
untuk
turun signifikan dibanding posisi harganya pada saat ini. Sebab ketiga
perusahaan diatas masih beroperasi dengan normal, masih menghasilkan
laba, dan
ekuitasnya juga masih terus bertumbuh. Maksud penulis, terkadang ada
beberapa
kasus dimana harga dan valuasi sebuah saham bisa menjadi sangat rendah,
atau bahkan
jauh lebih rendah dibanding nilai riil aset-asetnya (PBV-nya jauh lebih
rendah dari 1 kali, mungkin hanya 0.5 kali atau bahkan lebih rendah
lagi), karena kinerja
perusahaannya buruk, perusahaan sedang terlilit utang besar yang tidak
mampu
mereka bayar, atau sektor usahanya sendiri sedang dilanda isu negatif.
Tapi untuk ketiga perusahaan yang sahamnya sedang kita bahas disini,
faktor-faktor tersebut sama sekali tidak ada. Jadi mereka memang beneran saham
murah, bukan murahan.
Okay, lalu bagaimana ceritanya ketiga saham diatas bisa disebut sebagai
saham jackpot? Well, itu karena kalau anda perhatikan, baik saham EKAD,
GEMA, maupun MICE, pada waktu-waktu tertentu bisa saja melejit secara tiba-tiba.
Jika anda tidak percaya maka lihat saja chart harganya dalam 1 – 2 tahun
terakhir, bisa di Yahoo Finance ataupun software trading anda. Kasus ‘jackpot’
terakhir adalah GEMA, dimana saham ini pada Juni 2013 lalu sempat tiba-tiba
saja melejit sampai posisi 790, setelah sebelumnya hanya mondar-mandir saja di
rentang 450 – 500. Sementara jackpot terakhir yang dialami MICE terjadi pada
April 2013, dimana sahamnya naik dari 450 ke 860, alias nyaris 100%, sebelum
kemudian turun lagi ke posisi sekarang. Bagaimana dengan EKAD? Silahkan anda
cek sendiri.
Namun ada satu hal menarik yang penulis perhatikan dari fenomena jackpot
ini, yakni: Ketiga saham tersebut biasanya mendadak populer dan banyak
dibicarakan orang setelah harganya naik.
Termasuk biasanya ketika itulah orang-orang baru sadar bahwa ini barang bagus, sehingga
mereka kemudian beramai-ramai masuk di
harga atas. Tapi ketika harganya lagi dibawah seperti sekarang? Gak ada
yang ngomongin satu pun, termasuk mungkin gak ada yang berminat untuk
membelinya. Padahal kalau berdasarkan kaidah value investing, justru saat inilah waktu yang tepat untuk masuk,
kemudian jualnya nanti ketika ‘jackpot’ itu terjadi. Bukan sebaliknya!
Tapi apapun itu, fenomana ini sekaligus membuktikan bahwa anda tidak perlu
khawatir untuk berinvestasi di saham-saham seperti ini hanya karena volume transaksi
perdagangannya tidak likuid. Sebab ketika saham-saham ini pada akhirnya naik
juga, maka anda akan bisa keluar alias merealisasikan keuntungan dengan mudah,
karena akan ada banyak orang yang menampung barang yang anda lempar.
Kemungkinan hal ini pula yang menyebabkan Lo Kheng Hong tidak ragu untuk
membeli saham Petrosea
(PTRO) hingga puluhan juta lembar meski saham PTRO itu sendiri
relatif tidak
likuid dengan rata-rata volume transaksi hanya 1.5 juta lembar per hari.
Sebab ketika nanti PTRO ini pada akhirnya naik juga, maka ia tidak akan
mengalami kesulitan untuk melepas barang, karena akan ada banyak orang
yang dengan
suka rela menampungnya.
However, masalah terbesar dalam berinvestasi di saham-saham seperti ini,
seperti
yang sudah disebut diatas, adalah kita nggak tahu kapan mereka akan
naik,
bahkan jika anda adalah Papah Lauren atau Ki Kusumo. Kita nggak tahu
kapan
jackpot itu akan terjadi, bisa besok, minggu depan, bulan depan, atau
bahkan tahun depan. Jadi
jika anda termasuk yang kurang beruntung, maka mungkin anda bakal
menunggu
sangat lamaaa ketika memegang salah satu dari tiga saham diatas (lama
disini untuk ukuran trader ya). Dan bukan
tidak mungkin pula ketika anda akhirnya menyerah dan keluar, eeeh tak
lama kemudian saham itu malah beneran naik! Penulis mengatakan ini sebab
jujur saja, penulis
pernah mengalaminya di MICE dulu, dimana penulis tidak kebagian jackpot
yang
terjadi para April kemarin, padahal baru menunggu selama dua bulan.
Anyway, tidak
pernah ada kata terlambat untuk mencobanya lagi bukan?
Okay, I think that is enough, selanjutnya akan kita bahas lagi minggu
depan. Anda punya ide saham-saham lain yang cocok untuk investasi maupun
trading? Anda bisa menyampaikannya melalui kolom komentar dibawah.
NB: Penulis menulis buku pendek berjudul ‘Superinvestor’, yang memuat seminar Warren Buffett tentang value investing. Anda bisa memperolehnya disini.